MENGALAH BUKAN BERARTI KALAH
Sikap mengalah memang bukanlah sikap yang populer untuk kehidupan kita sekarang ini. Justru orang yang mengalah seringkali menjadi korban pihak lain, antara lain diinjak-injak haknya, dizholimi, dipojokkan, sehingga malah menjadi orang yang dirugikan, hal demikian akhirnya membuat kita cenderung mengembangkan sikap yang berlawanan, yaitu sikap tidak mau mengalah.
Jika sikap tak mau mengalah ini diterapkan pada hal-hal yang tepat, tidak apa-apa.
Masalahnya sikap ini sering kali kita bawa ke dalam aspek-aspek kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat.
Penyebab sikap tidak mau mengalah , seringkali adalah
1. Merasa diri kita LEBIH TAHU
Kita menganggap kitalah yang mengetahui kebenaran dan mengharapkan pihak yang satunya mengiyakan pandangan kita.
Sifat dasar pengetahuan adalah kesombongan, artinya jika tidak hati-hati maka pengetahuan akan mudah sekali membuat orang yang bersangkutan menjadi sombong dan takabur.
Pengetahuan sejati bukanlah pengetahuan yang bersifat intelektual atau pengetahuan yang bersifat kognitif yakni dalam pikiran kita., melainkan kita dianggap berpengetahuan jika kita mempunyai lebih dari sekedar pengetahuan, yaitu Mengerti dan Bijaksana (dalam mengamalkan pengetahuan tersebut)
2. Merasa diri kita BERHAK (punyak hak atas sesuatu)
Dengan berpendapat bahwa kita merasa yang paling berhak atas semuanya, berhak tidak sakit hati, berhak atas pemahaman kita, dan berhak atas yang lainya, maka akan membuat diri kita berbuat sedemikian rupa membela/memperjuangkan 'hak' kita itu.
Sebenarnya hak-hak yang paling baik adalah melepaskan hak pribadi untuk kemaslahatan/kepentingan bersama.
3. Merasa diri PALING BENAR
Karena kita merasa lebih berpengetahuan, atau katakanlah terjadi peningkatan ego kita yang luar biasa, atau kita memiliki kekuasaan yang lebih, maka kita cenderung merasa diri kita paling benar, sehingga kita sangat sulit untuk bersikap mengalah, meski pun kadang kita tahu sebenarnya kita adalah pihak yang salah
Kita sama-sama mengetahui bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah, bila kedua belah pihak selalu mau menang sendiri, tidak ada yang mau mengalah, maka bisa dipastikan tidak akan berhasil diselesaikan dengan baik, bahkan selamanya mungkin tidak akan bisa membereskan masalah-masalah tersebut. Padahal dengan mengalah dapat menetralisir segala pertikaian, masalah besar akan menjadi kecil dan masalah kecil akan dinihilkan, suasana tegang akan berubah menjadi tenang damai.
Mengalah juga menunjukkan kelapangan dada/hati seseorang, juga memperlihatkan pandangan orang itu tidak sama dengan orang-orang pada umumnya. Juga menandakan bahwa orang tersebut berjiwa matang.
Kita sering mengalami perbedaan pendapat atau berbeda keinginan dengan orang lain dalam hubungan interaksi sosial kita sebagai manusia, perbedaan pendapat atau keinginan tidak akan terjembatani hanya dengan perdebatan-perdebatan, apalagi jika dengan diwarnai saling menyalahkan dan pemaksaan kehendak. Sikap saling menyalahkan dan pemaksaan kehendak hanya akan mengakibatkan sakit hati pada kedua belah pihak.
Jalan keluar atau solusi yang rasional dan manusiawi dari konflik perbedaan pendapat atau keinginan justru terletak pada sikap "mengalah dalam pengertian yang benar". Artinya, tidak memaksakan kehendak atau kesukaan diri sendiri, tetapi membiarkan diri mengikuti kehendak orang lain, demi terjadinya perubahan-perubahan rasional dan manusiawi (perbaikan-perbaikan), baik dalam diri sendiri maupun diri orang lain. Langkah ini memungkinkan terjembataninya perbedaan-perbedaan di antara mereka yang berbeda.
Perbuatan mengalah, walaupun kadang menyesakkan dada, tetapi lebih banyak membuahkan kebaikan ketimbang sikap bersikukuh menganggap diri sendiri paling benar.
Mengalah juga merupakan pilihan sikap yang jauh lebih dewasa dan bijaksana,
merendahkan hati dan mengalah mampu menepis keegoisan dan rasa direndahkan
dan mampu meningkatkan harga diri , tak jarang sikap mengalah walau tak kalah ini merupakan jawaban dari rentetan kegalauan dan gejolak hati yang ingin selalu dimenangkan,
Cobalah berbicara sejenak dengan hati nurani. apakah sedemikian ruginya jika mengalah?
tentu saja tidak, jika kita berpikir bahwa hasilnya adalah sebuah perdamaian dan penyelesaian yang adil dan bijaksana dan bisa diterima semua pihak.
Pernah dengar kata pepatah bijak "mengalah bukan berarti kalah".
Sifat mengalah dikatakan akan membawa berkah.
Setidaknya, menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Wani ngalah luhur wekasane"
(Barangsiapa berani mengalah, maka pada akhirnya ia akan mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan)
Jika sikap tak mau mengalah ini diterapkan pada hal-hal yang tepat, tidak apa-apa.
Masalahnya sikap ini sering kali kita bawa ke dalam aspek-aspek kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat.
Penyebab sikap tidak mau mengalah , seringkali adalah
1. Merasa diri kita LEBIH TAHU
Kita menganggap kitalah yang mengetahui kebenaran dan mengharapkan pihak yang satunya mengiyakan pandangan kita.
Sifat dasar pengetahuan adalah kesombongan, artinya jika tidak hati-hati maka pengetahuan akan mudah sekali membuat orang yang bersangkutan menjadi sombong dan takabur.
Pengetahuan sejati bukanlah pengetahuan yang bersifat intelektual atau pengetahuan yang bersifat kognitif yakni dalam pikiran kita., melainkan kita dianggap berpengetahuan jika kita mempunyai lebih dari sekedar pengetahuan, yaitu Mengerti dan Bijaksana (dalam mengamalkan pengetahuan tersebut)
2. Merasa diri kita BERHAK (punyak hak atas sesuatu)
Dengan berpendapat bahwa kita merasa yang paling berhak atas semuanya, berhak tidak sakit hati, berhak atas pemahaman kita, dan berhak atas yang lainya, maka akan membuat diri kita berbuat sedemikian rupa membela/memperjuangkan 'hak' kita itu.
Sebenarnya hak-hak yang paling baik adalah melepaskan hak pribadi untuk kemaslahatan/kepentingan bersama.
3. Merasa diri PALING BENAR
Karena kita merasa lebih berpengetahuan, atau katakanlah terjadi peningkatan ego kita yang luar biasa, atau kita memiliki kekuasaan yang lebih, maka kita cenderung merasa diri kita paling benar, sehingga kita sangat sulit untuk bersikap mengalah, meski pun kadang kita tahu sebenarnya kita adalah pihak yang salah
Kita sama-sama mengetahui bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah, bila kedua belah pihak selalu mau menang sendiri, tidak ada yang mau mengalah, maka bisa dipastikan tidak akan berhasil diselesaikan dengan baik, bahkan selamanya mungkin tidak akan bisa membereskan masalah-masalah tersebut. Padahal dengan mengalah dapat menetralisir segala pertikaian, masalah besar akan menjadi kecil dan masalah kecil akan dinihilkan, suasana tegang akan berubah menjadi tenang damai.
Mengalah juga menunjukkan kelapangan dada/hati seseorang, juga memperlihatkan pandangan orang itu tidak sama dengan orang-orang pada umumnya. Juga menandakan bahwa orang tersebut berjiwa matang.
Kita sering mengalami perbedaan pendapat atau berbeda keinginan dengan orang lain dalam hubungan interaksi sosial kita sebagai manusia, perbedaan pendapat atau keinginan tidak akan terjembatani hanya dengan perdebatan-perdebatan, apalagi jika dengan diwarnai saling menyalahkan dan pemaksaan kehendak. Sikap saling menyalahkan dan pemaksaan kehendak hanya akan mengakibatkan sakit hati pada kedua belah pihak.
Jalan keluar atau solusi yang rasional dan manusiawi dari konflik perbedaan pendapat atau keinginan justru terletak pada sikap "mengalah dalam pengertian yang benar". Artinya, tidak memaksakan kehendak atau kesukaan diri sendiri, tetapi membiarkan diri mengikuti kehendak orang lain, demi terjadinya perubahan-perubahan rasional dan manusiawi (perbaikan-perbaikan), baik dalam diri sendiri maupun diri orang lain. Langkah ini memungkinkan terjembataninya perbedaan-perbedaan di antara mereka yang berbeda.
Perbuatan mengalah, walaupun kadang menyesakkan dada, tetapi lebih banyak membuahkan kebaikan ketimbang sikap bersikukuh menganggap diri sendiri paling benar.
Mengalah juga merupakan pilihan sikap yang jauh lebih dewasa dan bijaksana,
merendahkan hati dan mengalah mampu menepis keegoisan dan rasa direndahkan
dan mampu meningkatkan harga diri , tak jarang sikap mengalah walau tak kalah ini merupakan jawaban dari rentetan kegalauan dan gejolak hati yang ingin selalu dimenangkan,
Cobalah berbicara sejenak dengan hati nurani. apakah sedemikian ruginya jika mengalah?
tentu saja tidak, jika kita berpikir bahwa hasilnya adalah sebuah perdamaian dan penyelesaian yang adil dan bijaksana dan bisa diterima semua pihak.
Pernah dengar kata pepatah bijak "mengalah bukan berarti kalah".
Sifat mengalah dikatakan akan membawa berkah.
Setidaknya, menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Wani ngalah luhur wekasane"
(Barangsiapa berani mengalah, maka pada akhirnya ia akan mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan)
betul
Posting Komentar