Archives

gravatar

Coba meng-Hack BASYA WORLD ??? Maaf Anda Salah Tempat


Sangat mengejutkan dan sangatlah mengherankan ternyata ada juga yang coba-coba menghack BASYA WORLD. Bayangkan saja dalam kurun waktu satu minggu ini sudah dua kali ada yang ngoprek alias ingin mencuri hasil karya orang lain yang sudah dikerjakan dengan susah payah selama berbulan-bulan. Tidak tanggung-tanggung akun facebook yang admin gunakan untuk membuat halaman BASYA WORLD pun kena HACKING. BASYA WORLD adalah bukan tempat yang pantas anda hack. BASYA WORLD amin hanya sebuah blog kecil dengan jumlah kunjungan yang tidak terlalu banyak perharinya dibandingkan BLOG lainnya. Lantas apa yang anda inginkan dari BASYA WORLD. Janganlah kita saling mencoba merusak. Kita saling menghargai itu dengan apa yang kita miliki itu INDAH...!

Salam kedamaian Blogger... v(^_^)v

gravatar

Hubungan Vulkanisme dan Gempa – 1 (temporal relation)

Menjelaskan hubungan gempa dengan vulkanisme merupakan tantangan menarik. Terutama dalam menjelaskan hubungan temporal dan hubungan kausal. Hubungan temporal (temporal relation) adalah hubungan karena kesamaan waktu kejadiannya. Sedangkan hubungan kausal (causal relation) adalah hubungan sebab akibat.

Secara mudah dapat dipakai analogi kejadian “memanaskan air menyebabkan air mendidih”. Ini adalah kejadian kausal. Walaupun kita mendapatkan foto air mendidih secara logika kita tahu bahwa mendidihnya air karena adanya panas api kompor dibawahnya. Dan dengan menggunakan ilmu fisika dasar di SD pun kita mampu menjelaskan dengan mudah. Yang pasti bukan karena air mendidih menyebabkan adanya api dikompor, kan ?

Namun tidak demikian kalau kita melihat gejala gempa dan erupsi gunungapi. Karena keduanya tidak secara mudah disimpulkan sebagai sebab akibat.

Dibawah ini sedikit cara menjelaskan mengapa menghubungkan keduanya tidak sesederhana seperti kejadian memasak air .

Hubungan antara Tektonik, Gempa dan Vulkanik secara grafis.

Tentunya cerita bagaimana tektonik mampu menyebabkan terjadinya gempa dan membentuk gunungapi sudah dimengerti. Proses ini terjadi tidak dalam masa hidup manusia yang hanya puluhan tahun. Tetapi ini sudah terjadi jutaan tahun yang lalu. Ya sudah terjadi jutaan bahkan milyar tahun lalu sejak bumi terbentuk.

Data dan fakta yang kita lihat sesuai dengan pemahaman keterkaitan ketiganya. Dalam garis waktu memperlihatkan kejadiannya terlihat acak dan tidak berhubungan.

Catatan kejadian merupakan data dan fakta dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi ini. Sejarawan (arkeolog) mencatat kejadian sejak manusia mampu menulis. Antropolog mencatat sejak adanya manusia, sedangkan ahli geologi mencatat kejadian berdasarkan batuan-batuan yang ada.

Interpretasi 1. Gempa menyebabkan erupsi, namun seringkali ada gempa besar yg tidak diserta erupsi dalam waktu yang bersamaan.. uspt !

Interpretasi 1.

Gempa menyebabkan atau memicu terjadinya erupsi gunungapi. Memang sangat logis kalau kita melihat sesuatu benda bertekanan bila digetarkan maka akan meletup. Gempa adalah getaran dan erupsi adalah hasil dari getaran gempa. Namun tidak selalu terjadi. Sehungga tingkat korelsinyapun tidak akan pernah 100%. Walaupun tidak disangkal bahwa temporal relation ini terbaca, terlihat dan sesuai data maupun pengalaman.

Interpretasi 2. Erupsi menyebabkan gempa. Sama saja ada bolong-bolong ditengahnya. Apakah ada data terlewat ?

Interpretasi 2

Gunungapi ketika erupsi menunjukkan adanya aktifitas magma. Ya tentusaja setiap gunung erupsi itu adalah manifestasi dari aktifitas magma yang memiliki tekanan ingin keluar. Tekanan magma ini tentusaja akan mempengaruhi tempat-tempat serta batuan yang sedang mengalami stress.

Ketika tekanan magma turun akibat erupsi, tentusaja tekanan ini mampu memicu gempa juga. Nah proses itu bisa berjalan bolak-balik dan dinamis. Tidak selalu terjadi satu arah saja tetapi masih dalam waktu yang sanat berdekatan.

Gempa hari menyebabkan erupsi besok pagi, atau erupsi kemarin menyebabkan gempa gempa nanti sore. Ini yang paling sering dipikirkan si Thole saat ini karena masa pengamatan manusia hanyalah berdasarkan memori pendeknya saja. Pengamatan individu paling hanya berselang setahun atau paling banter seratus tahun kalau melihat dan belajar sejarah.

Interpretasi 3. Adanya selang waktu antara gempa dan erupsi vulkanisme. Tapi berapa selang waktunya ? dan apakah bukan sebaliknya erupsi yang memicu gempa ?

Interpretasi 3

Geologi memiliki jangkauan pengamatan jutaan tahun. Batuan-lah yang menjadi catatan sejarah yang dibaca para geologist. Juga geologist sudah terbiasa berpikir dalam empat dimensi ruang-waktu yang sangat panjang dan luas. Namun juga tidak mungkin geologist serta merta memikirkan hal ini.

Ingat proses ini sudah terjadi sejak jutaan tahun lalu. Namun teori plate tektonik saja baru ketemukan 50 tahun yang lalu. Bahkan pencatatan detil dari gempa di dunia (lokasi serta magnitude) baru dimulai secara seragam baru dimulai tahun 1960. Tentusaja geologist tidak mudah menghubungkan catatan sejarah yang tertulis dengan catatan batuan.

Frekuensi serta magnitude terjadi nya gempa sangat jauh berbeda dengan frekuensi terjadinya gunung api. Sedangkan proses gerakan tektonik menerus dengan intensitas berubah.

Frekuensi serta magnitude terjadi nya gempa sangat jauh berbeda dengan frekuensi terjadinya gunung api. Sedangkan proses gerakan tektonik menerus dengan intensitas berubah.

Memang bener catatan yang kita miliki tidak semuanya sama dimensi serta jangkauannya. Berdasarkan frekuensi terjadinya saja sangat berbeda. Gempa dengan kekuatan diatas 5M di Indonesia saja terjadi 5 kali setiap tahu, Sedangkan gunungapi erupsinya antara 5-10-15 tahun bahkan bisa ada yang ratusan tahun baru erupsi lagi.

Jadi dengan temporal relation (hubungan kesamaan waktu) saja tidak mudah menghubungkan gempa satu dengan gempa lainnya, maupun gempa dengan erupsi. Apalagi catatan sejarah antropolog baru dimulai ratusan tahun lalu, catatan arkeolog mungkin ratusan ribuan tahun, sedangkan geologi dan vulkanologi memiliki catatan jutaan tahun lalu. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Hanya saja tidak semudah mencampur sayur menjadi gado-gado.

Sumber: "Dongeng Geologi"

gravatar

Hubungan gempa dengan erupsi emang ADA, tapi apa artinya ?

gempapemicu.jpgBanyak yang bertanya tanyi bagaimana hubungan gempa dengan erupsi. Kalau melihat gambar dan paparan sebelumnya disini yang berujung pada pertanyaan “Gempa di selatan Jogja adakah hubungan dengan Merapi ? Pertanyaan itu sangat wajar dan benar untuk dipertanyakan. Tidak hanya masyarakat bahkan ilmuwanpun tertarik akan hal ini. Itulah sebabnya saya menjawabnya panjang seperti dongengan sebelumnya itu.

Kenyataan gempa besar diikuti erupsi kuat dari Gunung Merapi tahun 2001 dan 2006 merupakan salah satu atau salah dua petunjuk yang mengarahkan pada sebuah hipotesa menarik utk menjawab bagaimana hubungannya. Secara singkat kalau ditanyakan, “

Adakah hubungan antara gunungapi dan gempa, jawab saya ADA. Tetapi bagaimana mengetahui kapan terjadi gempa setelah erupsi atau kapan akan terjadi erupsi setelah gempa.
Jawab saya mboh TIDAK TAHU !

Bagaimana Dongengannya ?

Dongengnya panjang seperti kata Pak sukhyar, Kepala Badan Geologi, “Secara teori aktivitas volcano dan gempa bumi bagaimana hubungannya, sulit diterangkan

Seperti kita tahu bagaimana terbentuknya terbentuknya gunungapi dan bagaimana terjadinya gempa dalam gambar dongeng dibawah ini :

Dari gambar diatas, mudah sekali untuk melihat bahwa sepanjang gesekan antara kerak samudera dengan kerak benua di zona penunjaman merupakan zona gempa juga. Dan karena gesekan ini jugalah yang menyebabkan batuan meleleh yang akhirnya menyembul keluar membentuk gunung api.

Lantas bagaimana pengaruh gempa pada gunung api ?

Sebuah penelitian ilmiah yang ditulis oleh T. R. Walter, R. Wang, M. Zimmer, H. Grosser, B. Lu¨hr, dan A. Ratdomopurbo (yang terakhir ini orang Indonesia looh), paper ilmiah ini berjudul “Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes: Static and dynamic stress triggering at Mt. Merapi“. Paper ilmiah ini mengindikasikan adanya hubungan erupsi Merapi dan gempa yang terjadi pada tahun 2001 dan 2006. Beberapa indikasi dipaparkan sebagai petunjuk bagaimana pengaruh Gunung Merapi terhadap Patahan Opak.

Namun untuk kali ini patahan Opak yg dianggap mempengaruhi Merapi adalah patahan lama. Seperti kita tahu ada berbagai interpretasi patahan Opak yang pernah ditulis disini : Patahan Opak Yang Unik [HOT]

Tektonik Lempeng, zona gempa dan gunungapi

Mirip seperti gambar diatas, namun yang dibawah ini benar-benar gambar tehnisnya. Supaya kita juga mulai mengerti bahwa ini bukan sekedar mendongeng tanpa dasar ilmiah.


Jarak antara gunungapi (G Merapi) dengan patahan Opak adalah antara 25-60 Km. Patahan Opak memanjang dari Prambanan hingga Parangtritis. Dalam paper ini patahan Opak diperkirakan sebagai patahan geser. Ingat keunikan patahan ini mengundang berbagai interpretasi jenis Sesar Opak. Penampang B (gambar diatas) memperlihatkan dimana posisi pusat gempa tahun 2001 yang terdapat pada zona subduksi, dan pusat gempa tahun 2006 terletak dekat dengan permukaan.

Ingat jarak antara patahan dan gempa ini sangat dekat hanya 25-60 Km.

Tanda-tanda hubungan gempa dan aktifitas magma.

Tanda-tanda erupsi dan gempa (temporal relation)Grafik disebelah kiri memperlihatkan perubahan drastis dari temperatur yang tercatat segera setelah terjadinya gempa tahun 2001. Disebelah kanan terjadinya piroklastik (guguran lava) setelah terjadinya gempa tahun 2006. Memang terlihat jelas ada hubungan waktu kejadian (temporal relation) yang memperlihatkan antara gempa dan aktifitas magma. Yang tidak mudah dijelaskan adalah apakah hubungan ini merupakan hubungan kausal, apakah ini merupakan sebab akibat ? Apakah gempa menyebabkan suhu naik, ataukah suhu naik menyebabkan gempa ? Apakah erupsi aliran guguran menyebabkan gempa ataukah gempa menyebabkan guguran ?

Untuk sementara ini kita lihat saja faktanya ada hubungan waktu kejadian. Karena untuk menyatakan ini menyebabkan itu tidaklah mudah. Seperti kata Pak Sukhyar, Ketua Badan Geologi, “Tidak mudah dijelaskan“. Kalau dengan bahasa awam, hubungan ini ada tapi belum tahu mekanisme detilnya.

Yang dimaksud mekanisme detil itu bagaimana pengaruh suhu terhadap erupsi, bagaimana pengaruh suhu terhadap tekanan, apakah ada data petrologi (mineralogi) yang mendukungnya. Juga perlu diketahui seberapa lama perubahan itu akan terjadi. Apakah instant, ataukah memerlukan waktu, jeda ? Semua pertanyaan-pertanyaan itu akan berkutet dibenak ahli vulkanologi.

Pengarud deformasi gunung terhadap patahan

Peta deformasi ini dibuat setelah diketahui bahwa Merapi meletus dan mengeluarkan lava sebesar 8 juta meterkubik material di tahun 2006. Gambar diatas memperlihatkan perubahan deformasi Merapi yang diperkirakan ada sebelum terjadinya gempa Jogja tahun 2006.

Model deformasi penggelembungan (inflation model) mempertimbangkan peningkatan volume sebesar 8 mm3 bawah Gn Merapi pada kedalaman 6 km. Ditampilkan adalah hasil perubahan tegangan kegagalan Coulomb di vertikal kiri lateral strike patahan geser yang berarah N035E pada kedalaman 10 km. Warna merah berarti adanya daya dorong (failure slip) sedangkan warna biru slip tarikan. Dari perhitungan model ini diperkirakan besarnya perubahan tegangan pada NE-SW patahan opak ini hanya (0.1-1Kpa) jelas berada dibawah 1 kPa, dan karenanya tidak mungkin bahwa inflasi memiliki pengaruh besar untuk memicu gempa.

Kenapa kok tahu bahwa tekanan dibawah 1 tidak mampu memicu gempa ? Ya, karena pengaruh bulan saja mampu merubah tekanan pada kedalaman 10 Km lebih besar dari 1 Kpa. Kalau bulan saja lebih dari 1 Kpa tidak selalu memicu gempa, tentusaja kalau perubahan tekanan dibawah 1 jelas tidak mungkin menyebabkan terlepasnya stress patahan. Itulah sebabnya pengaruh erupsi terhadap gempa sulit terjadi begitu saja. Paling tidak itu ditunjukkan pada erupsi Merapi dan gempa Jogja 2006.

Hubungan dinamis

Perubahan stress di Merapi dengan gempa. Tahun 2001 dan 2006, memperlihatkan adanya jeda waktu antara gempa dengan perliaku magma.

Perubahan stress di Merapi dengan gempa. Tahun 2001 dan 2006, memperlihatkan adanya jeda waktu antara gempa dengan perliaku magma.

Gambar diatas memperlihatkan model gempa menggunakan dua gempa Mw6.3 tahun 2001 dan 2006. Yang ditunjukkan diatas adalah perubahan dinamis yang dihasilkan dari tekanan pada permukaan dan pada kedalaman 5 Km, dimana tekanan adalah regangan volumetrik dikalikan dengan modulus bulk. fluktuasi tekanan Dynamic terjadi pada> 1 Hz selama sekitar 20 detik Perubahan tekanan puncak ke puncak adalah sekitar 10 kPa untuk peristiwa tahun 2001 dan 60 kPa untuk peristiwa tahun 2006.

Ini mungkin menunjukkan telah terjadi peningkatan proses degassing (keluarnya gas-gas) dan diikuti dengan pertumbuhan kubah di gunung Merapi.

Jadi kita tahu bahwa kemungkinan proses hubungannya tidak sekedar hubungan statis, tetapi berupa hubungan dinamis. Bahkan mungkin runutan proses-proses ini tidak sekedar satu langkah, melainkan dapat saja melalui beberapa langkah. Ahli petrologi dan pertambangan logam sangat mengerti bahwa magma yg mampu menghasilkan mineral logam mulia akan melalui proses panjang dari magma yg membeku, mengeluarkan gas, menghasilkan kristal dan mineral, serta akhirnya mengalami prose hidrotermal. Semua itu merupakan proses dinamis yang seringkali sangat unik. Bahkan personal. Artinya satu daerah dengan daerah lain tidak sama.

Demikian juga dengan magma dan gunung api. Para ahli vulkanologi seringkali memberikan kriteria unik untuk setiap gunung api. Tentusaja kita lihat perilaku Merapi dan Semeru, Slamet dan gunung-gunung dalam poisisi sejajar saja memiliki perilaku berbeda-beda.

Gempa tektonik yang terjadi 9 November 2010 dan erupsi Merapi.

Adakah hubungannya ? Kalau melihat penuturan diatas, saya menjawab TIDAK. Dengan jarak titik episenter yang cukup jauh dari Merapi, sangat sulit mengatakan bahwa gempa kemarin disebabkan oleh erupsi secara langsung. kalau toh ada pasti lebih mbulet dibanding kajian seperti diatas.

Trus apa yang dipelajari untuk kedepannya ?

Jadi kalau saya ditanya adakah hubungan antara aktifitas erupsi gunungapi dan gempa, jawab saya ADA. Tetapi bagaimana mengetahui kapan terjadi gempa setelah erupsi atau kapan akan terjadi erupsi setelah gempa. Jawab saya “embuh” TIDAK TAHU !

Yang lebih penting diketahui juga adalah kalau memang benar apa yang kita pelajari sebelumnya, apakah ilmu itu masih dapat dipakai setelahnya ? Ini perlu dikaji lagi karena kemungkinan besar kedapannya Merapi akan memiliki tipe letusan berbeda, Mbah Rono mengatakan Merapi berubah. Dan kitapun melihat perubahan itu didepan mata dalam tulisan ini “Rumah Mbah Maridjan-pun terkena awan panas.”

Jadi sepertinya memang masyarakat Jogja harus berbenah dan ikut berubah mengikuti gaya alam.

Sumber: "Dongeng Geologi"

Daftar Isi Basyabook

Follow Me on Twitter

My Skype

My status

Ocehan @basya999

Ngobrol Yuk...

My Google Talk

Artikel Basya World