gravatar

Hubungan gempa dengan erupsi emang ADA, tapi apa artinya ?

gempapemicu.jpgBanyak yang bertanya tanyi bagaimana hubungan gempa dengan erupsi. Kalau melihat gambar dan paparan sebelumnya disini yang berujung pada pertanyaan “Gempa di selatan Jogja adakah hubungan dengan Merapi ? Pertanyaan itu sangat wajar dan benar untuk dipertanyakan. Tidak hanya masyarakat bahkan ilmuwanpun tertarik akan hal ini. Itulah sebabnya saya menjawabnya panjang seperti dongengan sebelumnya itu.

Kenyataan gempa besar diikuti erupsi kuat dari Gunung Merapi tahun 2001 dan 2006 merupakan salah satu atau salah dua petunjuk yang mengarahkan pada sebuah hipotesa menarik utk menjawab bagaimana hubungannya. Secara singkat kalau ditanyakan, “

Adakah hubungan antara gunungapi dan gempa, jawab saya ADA. Tetapi bagaimana mengetahui kapan terjadi gempa setelah erupsi atau kapan akan terjadi erupsi setelah gempa.
Jawab saya mboh TIDAK TAHU !

Bagaimana Dongengannya ?

Dongengnya panjang seperti kata Pak sukhyar, Kepala Badan Geologi, “Secara teori aktivitas volcano dan gempa bumi bagaimana hubungannya, sulit diterangkan

Seperti kita tahu bagaimana terbentuknya terbentuknya gunungapi dan bagaimana terjadinya gempa dalam gambar dongeng dibawah ini :

Dari gambar diatas, mudah sekali untuk melihat bahwa sepanjang gesekan antara kerak samudera dengan kerak benua di zona penunjaman merupakan zona gempa juga. Dan karena gesekan ini jugalah yang menyebabkan batuan meleleh yang akhirnya menyembul keluar membentuk gunung api.

Lantas bagaimana pengaruh gempa pada gunung api ?

Sebuah penelitian ilmiah yang ditulis oleh T. R. Walter, R. Wang, M. Zimmer, H. Grosser, B. Lu¨hr, dan A. Ratdomopurbo (yang terakhir ini orang Indonesia looh), paper ilmiah ini berjudul “Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes: Static and dynamic stress triggering at Mt. Merapi“. Paper ilmiah ini mengindikasikan adanya hubungan erupsi Merapi dan gempa yang terjadi pada tahun 2001 dan 2006. Beberapa indikasi dipaparkan sebagai petunjuk bagaimana pengaruh Gunung Merapi terhadap Patahan Opak.

Namun untuk kali ini patahan Opak yg dianggap mempengaruhi Merapi adalah patahan lama. Seperti kita tahu ada berbagai interpretasi patahan Opak yang pernah ditulis disini : Patahan Opak Yang Unik [HOT]

Tektonik Lempeng, zona gempa dan gunungapi

Mirip seperti gambar diatas, namun yang dibawah ini benar-benar gambar tehnisnya. Supaya kita juga mulai mengerti bahwa ini bukan sekedar mendongeng tanpa dasar ilmiah.


Jarak antara gunungapi (G Merapi) dengan patahan Opak adalah antara 25-60 Km. Patahan Opak memanjang dari Prambanan hingga Parangtritis. Dalam paper ini patahan Opak diperkirakan sebagai patahan geser. Ingat keunikan patahan ini mengundang berbagai interpretasi jenis Sesar Opak. Penampang B (gambar diatas) memperlihatkan dimana posisi pusat gempa tahun 2001 yang terdapat pada zona subduksi, dan pusat gempa tahun 2006 terletak dekat dengan permukaan.

Ingat jarak antara patahan dan gempa ini sangat dekat hanya 25-60 Km.

Tanda-tanda hubungan gempa dan aktifitas magma.

Tanda-tanda erupsi dan gempa (temporal relation)Grafik disebelah kiri memperlihatkan perubahan drastis dari temperatur yang tercatat segera setelah terjadinya gempa tahun 2001. Disebelah kanan terjadinya piroklastik (guguran lava) setelah terjadinya gempa tahun 2006. Memang terlihat jelas ada hubungan waktu kejadian (temporal relation) yang memperlihatkan antara gempa dan aktifitas magma. Yang tidak mudah dijelaskan adalah apakah hubungan ini merupakan hubungan kausal, apakah ini merupakan sebab akibat ? Apakah gempa menyebabkan suhu naik, ataukah suhu naik menyebabkan gempa ? Apakah erupsi aliran guguran menyebabkan gempa ataukah gempa menyebabkan guguran ?

Untuk sementara ini kita lihat saja faktanya ada hubungan waktu kejadian. Karena untuk menyatakan ini menyebabkan itu tidaklah mudah. Seperti kata Pak Sukhyar, Ketua Badan Geologi, “Tidak mudah dijelaskan“. Kalau dengan bahasa awam, hubungan ini ada tapi belum tahu mekanisme detilnya.

Yang dimaksud mekanisme detil itu bagaimana pengaruh suhu terhadap erupsi, bagaimana pengaruh suhu terhadap tekanan, apakah ada data petrologi (mineralogi) yang mendukungnya. Juga perlu diketahui seberapa lama perubahan itu akan terjadi. Apakah instant, ataukah memerlukan waktu, jeda ? Semua pertanyaan-pertanyaan itu akan berkutet dibenak ahli vulkanologi.

Pengarud deformasi gunung terhadap patahan

Peta deformasi ini dibuat setelah diketahui bahwa Merapi meletus dan mengeluarkan lava sebesar 8 juta meterkubik material di tahun 2006. Gambar diatas memperlihatkan perubahan deformasi Merapi yang diperkirakan ada sebelum terjadinya gempa Jogja tahun 2006.

Model deformasi penggelembungan (inflation model) mempertimbangkan peningkatan volume sebesar 8 mm3 bawah Gn Merapi pada kedalaman 6 km. Ditampilkan adalah hasil perubahan tegangan kegagalan Coulomb di vertikal kiri lateral strike patahan geser yang berarah N035E pada kedalaman 10 km. Warna merah berarti adanya daya dorong (failure slip) sedangkan warna biru slip tarikan. Dari perhitungan model ini diperkirakan besarnya perubahan tegangan pada NE-SW patahan opak ini hanya (0.1-1Kpa) jelas berada dibawah 1 kPa, dan karenanya tidak mungkin bahwa inflasi memiliki pengaruh besar untuk memicu gempa.

Kenapa kok tahu bahwa tekanan dibawah 1 tidak mampu memicu gempa ? Ya, karena pengaruh bulan saja mampu merubah tekanan pada kedalaman 10 Km lebih besar dari 1 Kpa. Kalau bulan saja lebih dari 1 Kpa tidak selalu memicu gempa, tentusaja kalau perubahan tekanan dibawah 1 jelas tidak mungkin menyebabkan terlepasnya stress patahan. Itulah sebabnya pengaruh erupsi terhadap gempa sulit terjadi begitu saja. Paling tidak itu ditunjukkan pada erupsi Merapi dan gempa Jogja 2006.

Hubungan dinamis

Perubahan stress di Merapi dengan gempa. Tahun 2001 dan 2006, memperlihatkan adanya jeda waktu antara gempa dengan perliaku magma.

Perubahan stress di Merapi dengan gempa. Tahun 2001 dan 2006, memperlihatkan adanya jeda waktu antara gempa dengan perliaku magma.

Gambar diatas memperlihatkan model gempa menggunakan dua gempa Mw6.3 tahun 2001 dan 2006. Yang ditunjukkan diatas adalah perubahan dinamis yang dihasilkan dari tekanan pada permukaan dan pada kedalaman 5 Km, dimana tekanan adalah regangan volumetrik dikalikan dengan modulus bulk. fluktuasi tekanan Dynamic terjadi pada> 1 Hz selama sekitar 20 detik Perubahan tekanan puncak ke puncak adalah sekitar 10 kPa untuk peristiwa tahun 2001 dan 60 kPa untuk peristiwa tahun 2006.

Ini mungkin menunjukkan telah terjadi peningkatan proses degassing (keluarnya gas-gas) dan diikuti dengan pertumbuhan kubah di gunung Merapi.

Jadi kita tahu bahwa kemungkinan proses hubungannya tidak sekedar hubungan statis, tetapi berupa hubungan dinamis. Bahkan mungkin runutan proses-proses ini tidak sekedar satu langkah, melainkan dapat saja melalui beberapa langkah. Ahli petrologi dan pertambangan logam sangat mengerti bahwa magma yg mampu menghasilkan mineral logam mulia akan melalui proses panjang dari magma yg membeku, mengeluarkan gas, menghasilkan kristal dan mineral, serta akhirnya mengalami prose hidrotermal. Semua itu merupakan proses dinamis yang seringkali sangat unik. Bahkan personal. Artinya satu daerah dengan daerah lain tidak sama.

Demikian juga dengan magma dan gunung api. Para ahli vulkanologi seringkali memberikan kriteria unik untuk setiap gunung api. Tentusaja kita lihat perilaku Merapi dan Semeru, Slamet dan gunung-gunung dalam poisisi sejajar saja memiliki perilaku berbeda-beda.

Gempa tektonik yang terjadi 9 November 2010 dan erupsi Merapi.

Adakah hubungannya ? Kalau melihat penuturan diatas, saya menjawab TIDAK. Dengan jarak titik episenter yang cukup jauh dari Merapi, sangat sulit mengatakan bahwa gempa kemarin disebabkan oleh erupsi secara langsung. kalau toh ada pasti lebih mbulet dibanding kajian seperti diatas.

Trus apa yang dipelajari untuk kedepannya ?

Jadi kalau saya ditanya adakah hubungan antara aktifitas erupsi gunungapi dan gempa, jawab saya ADA. Tetapi bagaimana mengetahui kapan terjadi gempa setelah erupsi atau kapan akan terjadi erupsi setelah gempa. Jawab saya “embuh” TIDAK TAHU !

Yang lebih penting diketahui juga adalah kalau memang benar apa yang kita pelajari sebelumnya, apakah ilmu itu masih dapat dipakai setelahnya ? Ini perlu dikaji lagi karena kemungkinan besar kedapannya Merapi akan memiliki tipe letusan berbeda, Mbah Rono mengatakan Merapi berubah. Dan kitapun melihat perubahan itu didepan mata dalam tulisan ini “Rumah Mbah Maridjan-pun terkena awan panas.”

Jadi sepertinya memang masyarakat Jogja harus berbenah dan ikut berubah mengikuti gaya alam.

Sumber: "Dongeng Geologi"

Daftar Isi Basyabook

Follow Me on Twitter

My Skype

My status

Ocehan @basya999

Ngobrol Yuk...

My Google Talk

Artikel Basya World