Hubungan Vulkanisme dan Gempa – 1 (temporal relation)
Secara mudah dapat dipakai analogi kejadian “memanaskan air menyebabkan air mendidih”. Ini adalah kejadian kausal. Walaupun kita mendapatkan foto air mendidih secara logika kita tahu bahwa mendidihnya air karena adanya panas api kompor dibawahnya. Dan dengan menggunakan ilmu fisika dasar di SD pun kita mampu menjelaskan dengan mudah. Yang pasti bukan karena air mendidih menyebabkan adanya api dikompor, kan ?
Namun tidak demikian kalau kita melihat gejala gempa dan erupsi gunungapi. Karena keduanya tidak secara mudah disimpulkan sebagai sebab akibat.
Dibawah ini sedikit cara menjelaskan mengapa menghubungkan keduanya tidak sesederhana seperti kejadian memasak air .
Tentunya cerita bagaimana tektonik mampu menyebabkan terjadinya gempa dan membentuk gunungapi sudah dimengerti. Proses ini terjadi tidak dalam masa hidup manusia yang hanya puluhan tahun. Tetapi ini sudah terjadi jutaan tahun yang lalu. Ya sudah terjadi jutaan bahkan milyar tahun lalu sejak bumi terbentuk.
Catatan kejadian merupakan data dan fakta dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi ini. Sejarawan (arkeolog) mencatat kejadian sejak manusia mampu menulis. Antropolog mencatat sejak adanya manusia, sedangkan ahli geologi mencatat kejadian berdasarkan batuan-batuan yang ada.
Interpretasi 1.
Gempa menyebabkan atau memicu terjadinya erupsi gunungapi. Memang sangat logis kalau kita melihat sesuatu benda bertekanan bila digetarkan maka akan meletup. Gempa adalah getaran dan erupsi adalah hasil dari getaran gempa. Namun tidak selalu terjadi. Sehungga tingkat korelsinyapun tidak akan pernah 100%. Walaupun tidak disangkal bahwa temporal relation ini terbaca, terlihat dan sesuai data maupun pengalaman.
Interpretasi 2
Gunungapi ketika erupsi menunjukkan adanya aktifitas magma. Ya tentusaja setiap gunung erupsi itu adalah manifestasi dari aktifitas magma yang memiliki tekanan ingin keluar. Tekanan magma ini tentusaja akan mempengaruhi tempat-tempat serta batuan yang sedang mengalami stress.
Ketika tekanan magma turun akibat erupsi, tentusaja tekanan ini mampu memicu gempa juga. Nah proses itu bisa berjalan bolak-balik dan dinamis. Tidak selalu terjadi satu arah saja tetapi masih dalam waktu yang sanat berdekatan.
Gempa hari menyebabkan erupsi besok pagi, atau erupsi kemarin menyebabkan gempa gempa nanti sore. Ini yang paling sering dipikirkan si Thole saat ini karena masa pengamatan manusia hanyalah berdasarkan memori pendeknya saja. Pengamatan individu paling hanya berselang setahun atau paling banter seratus tahun kalau melihat dan belajar sejarah.
Interpretasi 3
Geologi memiliki jangkauan pengamatan jutaan tahun. Batuan-lah yang menjadi catatan sejarah yang dibaca para geologist. Juga geologist sudah terbiasa berpikir dalam empat dimensi ruang-waktu yang sangat panjang dan luas. Namun juga tidak mungkin geologist serta merta memikirkan hal ini.
Ingat proses ini sudah terjadi sejak jutaan tahun lalu. Namun teori plate tektonik saja baru ketemukan 50 tahun yang lalu. Bahkan pencatatan detil dari gempa di dunia (lokasi serta magnitude) baru dimulai secara seragam baru dimulai tahun 1960. Tentusaja geologist tidak mudah menghubungkan catatan sejarah yang tertulis dengan catatan batuan.
Memang bener catatan yang kita miliki tidak semuanya sama dimensi serta jangkauannya. Berdasarkan frekuensi terjadinya saja sangat berbeda. Gempa dengan kekuatan diatas 5M di Indonesia saja terjadi 5 kali setiap tahu, Sedangkan gunungapi erupsinya antara 5-10-15 tahun bahkan bisa ada yang ratusan tahun baru erupsi lagi.
Jadi dengan temporal relation (hubungan kesamaan waktu) saja tidak mudah menghubungkan gempa satu dengan gempa lainnya, maupun gempa dengan erupsi. Apalagi catatan sejarah antropolog baru dimulai ratusan tahun lalu, catatan arkeolog mungkin ratusan ribuan tahun, sedangkan geologi dan vulkanologi memiliki catatan jutaan tahun lalu. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Hanya saja tidak semudah mencampur sayur menjadi gado-gado.
Sumber: "Dongeng Geologi"
Posting Komentar