Penelitian Evolusi Cekungan Paleogen - Neogen daerah Banjarnegara, Purbalingga, Wonosobo, Kendal dan Pekalongan JAWA TENGAH
Penelitian evolusi cekungan bertujuan untuk mempelajari karakteristik geometri cekungan, urutan-urutan dan sifat batuan pembawa hidrokarbon (batuan reservoir), serta struktur dan arsitektur (geometri) cekugan. Selanjutnya, informasi yang di dapat diperlukan untuk mengkaji atau menemukan kemungkinan cadangan baru di dalam cekungan yang belum berproduksi. Daerah penelitian terletak pada koordinat 109o 15’ 00” 109o 52’30” BT dan 7o07’30” - 7o30’00” LS. Sejak Paleogen hingga Neogen Akhir daerah daerah Banjarnegara - Purbalingga mengalami perubahan laju sedimentasi dan penurunan cekungan yang mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan pengendapan. Perubahan laju penurunan dan sedimentasi diduga karena pengaruh kekuatan tektonik dan gunungapi. Formasi Merawu (Miosen Tengah – Miosen Akhir) diendapkan sebagai endapan pasang-surut, terdiri atas fasies dataran lumpur dan fasies dataran pasir. Bagian atas Formasi Merawu tidak tersingkap di lapangan, mungkin karena tertutup oleh endapan volkanik muda. Formasi Penyatan yang tersingkap di Longkeyang, yang berumur N18-N19, diduga merupakan bagian atas dari Formasi penyatan yang berdasarkan struktur sedimen dan kandungan fosilnya mencirikan endapan turbidit laut dalam, mungkin batial. Formasi Kalibiuk secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Ligung yang merupakan sedimen darat dengan lensa-lensa batubara dan breksi andesitan dengan augit dan horenblende dari Gunung Korakan (Bemmelen, 1937). Formasi Ligung secara tidak selaras ditindih oleh endapan Kuarter, yaitu Breksi Lembah Serayu, Batuan Gunungapi Jembangan , serta batuan gunungapi muda.
Pada Paleogen Akhir daerah Banjarnegara - Purbalingga merupakan laut dalam yang dipengaruhi kegiatan tektonik aktif sehingga terjadi longsoran-longsoran bawah laut yang mengakibatkan terjadinya endapan turbidit Formasi Worawari. Pada akhir Paleogen Atas terjadi pula longsoran-longsoran yang mengakibatkan terbentuknya endapan olistostrom Formasi Worawari yang tersusun oleh matriks lempung dan bongkah-bongkah batugamping numulit, batupasir kasar - sangat kasar, serta konglomerat. Setelah itu pada umur N3 terjadi pengangkatan yang diikuti oleh pendangkalan dan akhirnya diikuti proses erosi. Sebagai akibatnya terjadi rumpang umur antara Formasi Worawari yang paling muda berumur N2 dengan Formasi Merawu yang berumur paling tua N4.Peta menunjukkan posisi daerah penelitian di ujung tenggara Blok Sunda, berbatasan dengan Blok Sumba (Pubellier dkk., 2005).
Secara tidak selaras, Formasi penyatan ditindih oleh Formasi Tapak dan Kalibiuk. Susunan litologi dan struktur sedimen pada Formasi Kalibiuk dan Tapak mengindikasikan lingkungan laut dangkal hingga transisi. Formasi Kalibiuk yang menunjukkan lebih bersifat karbonan serta lebih banyak mengandung konglomerat diduga terbentuk pada kondisi yang lebih dekat dengan darat dibanding Formasi Tapak. Berdasarkan fosil foraminifera kecil, Formasi Tapak berumur N19, sementara Formasi Kalibiuk berumur N19-N20.Korelasi Stratigrafi Daerah Banjarnegara dan Purbalingga
Berdasarkan analisis sidikjari kromatografi gas , maka disimpulkan bahwa samplel 08ED35B paling mirip dengan sampel minyak, sehingga dapat diartikan bahwa sampel tersebut merupakan batuan induk dari rembesan minyak di Kali Gintung.
Dari kelima sampel batulempung, hanya sampel 08ED35B yang memiliki kerogen tipe III, dengan material organik campuran dari laut dan darat. Adapun sampel lainnya memiliki kerogen tipe II, dengan material organik berasal dari darat.
Singkapan Formasi Worawari berupa batupasir sangat halus, kelabu kehijauan mengalami pengkekaran intensif | Perlapisan silang-siur hummocky dan perarian sejajar pada batupasir berukuran halus (F. Merawu) |
Posting Komentar