Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi. Beragam jenis batuan gunung api yang dihasilkan, di antaranya berupa batuan piroklastika tuf berbutir halus yang bersifat asam dan bersusunan dasit-riolit atau bermassa kaca gunung api. Tuf halus ini tersebar luas mengikuti jalur gunung api tersebut yang sebagian atau seluruhnya telah mengalami proses ubahan atau diagenesis menjadi zeolit. Karenanya, secara geologi Indonesia berpotensi besar menghasilkan zeolit seperti yang terdapat di Sumatera (Lampung), Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur), Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi.
Zeolit yang telah dieksploitasi dan digunakan untuk keperluan berbagai industri di antaranya dijumpai di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusatenggara Timur, sedangkan zeolit yang terdapat di di Sulawesi hingga saat ini belum banyak diteliti, padahal tuf yang terubah sebarannya cukup luas. Sehubungan dengan itu, Pusat Survei Geologi, salah satu unit di bawah Badan Geologi, menugaskan penulis untuk melakukan penelitian zeolit di daeah Sangkaropi-Mendila, Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan.
Zeolit adalah salah satu kelompok mineral alumina silikat yang mempunyai sifat multi-struktur, karena memperlihatkan struktur sarang tikus dan serat yang sangat indah dipandang. Secara kimia mineral zeolit mempunyai ion alkali dan mempunyai air kristal. Apabila dipanaskan air kristalnya mudah menguap, sehingga bekas gugus air dalam zeolit merupakan lubang-lubang atau saluran mikro ke segala arah. Struktur bersifat pori ini yang menyebabkan zeolit mempunyai kemampuan menyerap dan menyaring molekul.
Selain itu, zeolit sering disebut juga sebagai mineral multiguna, karena banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti untuk adsorben, penukar ion, penapis molekular dan katalis, pembebas nitrogen-amonia dari pabrik, pembebas ion logam dari air, aditif pada pakan ternak, tambak ikan/udang, penyerap limbah, dan lain-lainnya. Oleh sebab itu, mineral zeolit merupakan salah satu mineral "primadona" saat ini.
Sembilan belas percontoh batuan telah dianalisis secara petrografis, SEM, KTK ASD, XRD, XRF, dan AAS. Secara petrografis, tuf yang mengandung zeolit termasuk ke dalam tuf litik dasitik terubah dan tuf kaca terubah kuat, bertekstur piroklastika dengan komposisi mineral, dan terdiri atas fenokris kuarsa, plagioklas, ortoklas, piroksen, hornblenda, biotit, dan muskovit. Juga terdapat komponen batuan gunung api, yaitu dasit batuapungan dan andesit dengan persentase yang berbeda-beda, diikat oleh massa dasar kaca gunung api dan mineral-mineral ubahannya. Mineral ubahan hadir berupa mineral lempung (kaolinit dan montmorilonit), Na-zeolit atau Ca-zeolit, klorit, epidot, dan sedikit karbonat, serta pirit dan magnetit hadir pula sebagai mineral tambahan.
Hasil analisis SEM, menunjukkan bahwa zeolit ini termasuk jenis mordenit dan heulandit. Mordenit bertekstur sarang tikus (rat's nest) dan serat (fibre), sedangkan heulandit berbentuk kristal blocky monocline. Hasil analisis fisik Koefisien Tukar Kation/KTK (Cathion Exchange Capacity/CEC) memperlihatkan nilai antara 16,91 meq/100 mg sampai dengan 108,43 meq/100 gr. Dari hasil analisis ASD (Analytical Spectral Devices) hanya tiga percontoh dan XRD satu percontoh yang terdeteksi mengandung mordenit dengan panjang gelombang (wave length) 1800. Hasil uji XRF tuf yang mengandung zeolit didominasi oleh SiO2 (62,69%-81,03%), Al2O3 (9,90%-19,82%), Na2O (0,12%-4,32%), K2O (0,63%-6,88%), CaO (0,10%-0,22%), dan LOI (1,26%-12,62%), sisanya disusun oleh unsur utama lainnya. Persentase kandungan Na2O yang relatif lebih besar dari kandungan CaO menggambarkan bahwa zeolit di daerah ini didominasi oleh jenis Na-zeolit (mordenit). Hasil analisis geokimia unsur jarang (trace element) dengan metode AAS terhadap dua percontoh termineralisasi didominasi kandungan Cu, Pb, Zn, dan Hg. Hal ini memperlihatkan bahwa cairan hidrotermal yang menyebabkan mineralisasi di daerah ini berasal dari larutan sisa magma yang kaya akan logam-logam dasar tersebut; sedangkan unsur volatil yang mengubah batuan menjadi zeolit mungkin volumenya tidak begitu besar.
Batuan induk zeolit di daerah Sangkaropi-Mendila berupa tuf litik dan tuf gelas yang terubah dan sebagian termineralisasi termasuk ke dalam Gunung Api Lamasi berumur Oligosen. Hal ini ditunjukkan oleh hadirnya mineral ubahan hidrotermal seperti klorit, epidot, mineral lempung, karbonat dan silika, serta logam-logam dasar.
Zeolit Sangkaropi-Mendila dengan sumber daya sekitar 168.480.000 ton pada daerah seluas 360.000 m² ini, dapat digunakan dalam bidang perikanan (budi daya udang), pertanian, penyerap limbah, dan bidang industri lainnya.