Archives

gravatar

Sejarah Gunung Merapi sejak 700 000 tahun yang lalu

Awan panas, ciri letusan Gunung Merapi, Jogjakarta.

Tentunya menghindari bahayanya serta memanfaatkan faedahnya tidak hanya diperlukan ketika sedang membutuhkan saja. Cerita sejarah gunung Merapi juga menarik utk diketahui sebagai pengetahuan bagi kita yang awam volkanologi. Dibawah ini tulisan dari Badan Geologi mengenai sejarah Gunung Merapi yang bulan Oktober 2010 ini sedang bergolak.

SEJARAH GEOLOGI

Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas 4 bagian :

PRA MERAPI (+ 400.000 tahun lalu)

Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km. Karena umurnya yang sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit ditemukan.

MERAPI TUA (60.000 – 8000 tahun lalu)

Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

MERAPI PERTENGAHAN (8000 – 2000 tahun lalu)

Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan “de¬bris-avalanche” ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.

MERAPI BARU (2000 tahun lalu – sekarang)

Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km selatan dari Merapi. Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu. Erupsi eksplosif yang lebih kecil teramati diperkirakan 250 tahun lalu yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Skema penampang sejarah geologi Merapi menurut Berthommier, 1990.

SEJARAH ERUPSI

Tipe erupsi Gunung Merapi dapat dikategorikan sebagai tipe Vulkanian lemah. Tipe lain seperti Plinian (contoh erupsi Vesuvius tahun 79) merupakan tipe vulkanian dengan daya letusan yang sangat kuat. Erupsi Merapi tidak begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan awanpanas (pyroclastic flow).

Merapi termasuk gunungapi yang sering meletus. Sampai Juni 2006, erupsi yang tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Secara rata-rata selang waktu erupsi Merapi terjadi antara 2 – 5 tahun (periode pendek), sedangkan selang waktu periode menengah setiap 5 – 7 tahun. Merapi pernah mengalami masa istirahat terpanjang selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 kegiatan Merapi mulai tercatat cukup baik. Pada masa ini terlihat bahwa waktu istirahat terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 sampai dengan tahun 1658.

Evolusi Gunung Merapi

Sejarah letusan gunung Merapi mulai dicatat (tertulis) sejak tahun 1768. Namun demikian sejarah kronologi letusan yang lebih rinci baru ada pada akhir abad 19. Ada kecenderungan bahwa pada abad 20 letusan lebih sering dibanding pada abad 19. Hal ini dapat terjadi karenapencatatan suatu peristiwa pada abad 20 relatif lebih rinci. Pemantauan gunungapi juga baru mulai aktif dilakukan sejak awal abad 20. Selama abad 19 terjadi sekitar 20 letusan, yang berarti interval letusan Merapi secara rata-rata lima tahun sekali. Letusan tahun 1872 yang dianggap sebagai letusan terakhir dan terbesar pada abad 19 dan 20 telah menghasilkan Kawah Mesjidanlama dengan diameter antara 480-600m. Letusan berlangsung selama lima hari dan digolongkan dalam kelas D. Suara letusan terdengar sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awanpanas mengalir melalui hampir semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol.

Awanpanas dan material produk letusan menghancurkan seluruh desa-desa yang berada di atas elevasi 1000m. Pada saat itu bibir kawah yang terjadi mempunyai elevasi 2814m (;bandingkan dengan saat ini puncak Merapi terletak pada elevasi 2968m). Dari peristiwa-peristiwa letusan yang telah lampau, perubahan morfologi di tubuh Gunung dibentuk oleh lidah lava dan letusan yang relatif lebih besar. Gunung Merapi merupakan gunungapi muda. Beberapa tulisan sebelumnya menyebutkan bahwa sebelum ada Merapi, telah lebih dahuiu ada yaitu Gunung Bibi (2025m), lereng timurlaut gunung Merapi. Namun demikian tidak diketahui apakah saat itu aktivitas vulkanik berlangsung di gunung Bibi. Dari pengujian yang dilakukan, G. Bibi mempunyai umur sekitar 400.000 tahun artinya umur Merapi lebih muda dari 400.000 tahun. Setelah terbentuknya gunung Merapi, G. Bibi tertimbun sebagian sehingga saat ini hanya kelihatan sebagian puncaknya. Periode berikutnya yaitu pembentukan bukit Turgo dan Plawangan sebagai awal lahirnya gunung Merapi. Pengujian menunjukkan bahwa kedua bukit tersebut berumur sekitar maksimal 60.000 tahun (Berthomrnier, 1990). Kedua bukit mendominasi morfologi lereng selatan gunung Merapi.

Pada elevasi yang lebih tinggi lagi terdapat satuan-satuan lava yaitu bukit Gajahmungkur, Pusunglondon dan Batulawang yang terdapat di lereng bagian atas dari tubuh Merapi. Susunan bukit-bukit tersebut terbentuk paling lama pada, 6700 tahun yang lalu (Berthommier,1990). Data ini menunjukkan bahwa struktur tubuh gunung Merapi bagian atas baru terbentuk dalam orde ribuan tahun yang lalu. Kawah Pasarbubar adalah kawah aktif yang menjadi pusat aktivitas Merapi sebelum terbentuknya puncak.

Diperkirakan bahwa bagian puncak Merapi yang ada di atas Pasarbubar baru terbentuk mulai sekitar 2000 tahun lalu. Dengan demikian jelas bahwa tubuh gunung Merapi semakin lama semakin tinggi dan proses bertambahnya tinggi dengan cepat nampak baru beberapa ribu tahun lalu. Tubuh puncak gunung Merapi sebagai lokasi kawah aktif saat ini merupakan bagian yang paling muda dari gunung Merapi. Bukaan kawah yang terjadi pernah mengambil arah berbeda-beda dengan arah letusan yang bervariasi. Namun demikian sebagian letusan mengarah ke selatan, barat sampai utara. Pada puncak aktif ini kubah lava terbentuk dan kadangkala terhancurkan oleh letusan. Kawah aktif Merapi berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan letusan yang terjadi. Pertumbuhan kubah lava selalu mengisi zona-zona lemah yang dapat berupa celah antara lava lama dan lava sebelumnya dalam kawah aktif Tumbuhnya kubah ini ciapat diawali dengan letusan ataupun juga sesudah letusan. Bila kasus ini yang terjadi, maka pembongkaran kubah lava lama dapat terjadi dengan membentuk kawah baru dan kubah lava baru tumbuh dalam kawah hasil letusan. Selain itu pengisian atau tumbuhnya kubah dapat terjadi pada tubuh kubah lava sebelumnya atau pada perbatasan antara dinding kawah lama dengan lava sebelumnya. Sehingga tidak mengherankan kawahkawah letusan di puncak Merapi bervariasi ukuran maupun lokasinya. Sebaran hasil letusan juga berpengaruh pada perubahan bentuk morfologi, terutama pada bibir kawah dan lereng bagian atas. Pusat longsoran yang terjadi di puncak Merapi, pada tubuh kubah lava biasanya pada bagian bawah yang merupakan akibat dari terdistribusikannya tekanan di bagian bawah karena bagian atas masih cukup kuat karena beban material.

Lain halnya dengan bagian bawah yang akibat dari desakan menimbulkan zona-zona lemah yang kemudian merupakan pusat-pusat guguran. Apabila pengisian celah baik oleh tumbuhnya kubah masih terbatas jumlahnya, maka arah guguran lava masih dapat terkendali dalam celah yang ada di sekitarnya. Namun apabila celah-celah sudah mulai penuh maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan tumbuhnya kubah. Sehingga pertumbuhan kubah lava yang sifat menyamping (misal, periode 1994 – 1998) akan mengakibatkan perubahan arah letusan. Perubahan ini juga dapat terjadi pada jangka waktu relatif pendek dan dari kubah lava yang sama. Pertumbuhan kubah lava ini berkembang dari simetris menjadi asimetris yang berbentuk lidah lava. Apabila pertumbuhan menerus dan kecepatannya tidak sama, maka lidah lava tersebut akan mulai membentuk morfologi bergelombang yang akhirnya menjadi sejajar satu sama lain namun masih dalam satu tubuh. Alur pertumbuhannya pada suatu saat akan mencapai titik kritis dan menyimpang menimbulkan guguran atau longsoran kubah. Kronologi semacam ini teramati pada th 1943 (April sampai Mei 1943).

Penumpukan material baru di daerah puncak akibat dari pertumbuhan kubah terutama terlihat dari perubahan ketinggian maksimum dari puncak Merapi. Beberapa letusan yang dalam sejarah telah mengubah morfologi puncak antara lain letusan periode 18221823 yang menghasilkan kawah berdiameter 600m, periode 1846 – 1848 (200m), periode 1849 (250 – 400m), periode 1865 – 1871 (250m), 1872 – 1873 (480 – 600 m), 1930, 1961.

Sumber artikel : Badan Geologi.

gravatar

Sirine Gunung Merapi Mulai Meraung

Quantcast

letusan 2006

Setelah Merapi mulai memuntahkan awan panas sekitar pukul 17.30 WIB, sirine tanda evakuasi dibunyikan. Awan panas masih terus dikeluarkan oleh gunung berapi teraktif di dunia itu. Awan panas yang sering disebut sebagai wedhus gembel karena bentuknya seperti bulu wedhus (kambing) itu memiliki suhu hingga mencapai 600 derajat Celcius.

Saat sirine dibunyikan warga memang sudah dipersiapkan, namun bagaimanapun tentusaja masih membuat warga panik. Bagaimana tidak luncuran awan panas ini mampu meluncur hingga diatas 5 Km.

Sumber detik.com

Awan panas bukan sekedar asap atau abu

source http://picasaweb.google.com/lh/photo/YDTvmGSCPIV8u7CvdMHncQYang disebut sebagai awan panas ini bukanlah berisi debu saja, tetapi sebenarnya kumpulan batu, kerikil serta debu-debu yang bersuhu lebih dari 600 derajat celsius.

Geologist mengenalinya dari endapannya seperti disebelah ini. Endapannya berupa batuan yang terdiri dari berbagai ukuran mulai dari kerikil, kerakal, sampai berupa “gelundungan”. Serta memiliki pasir yang mengisi diantaranya. Karena batuan ini terendap dalam kondisi panas, maka penyemenan antar butir-bitir ini sangat keras.

Yang penting diketahui adalah, apabila kamu menjumpai endapan vulkanik ditempat kamu berdiri, berarti didaerah itu pernah diluncuri awanpanas. Jadi perlu hati-hati apabila anda berada di sekitar lokasi yang sudah diperkirakan menjadi lokasi arah erupsi.

Sumber: Dongeng Geologi

gravatar

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi sekala detail


Untuk rekan-rekan relawan serta yang membutuhkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi, dapat di unduh disini. Peta ini diterbitkan tahun 2002 oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Tentusaja peta ini akan berubah-ubah sesuai dengan perkembangan, terutama pasca meletusnya merapi 2006. Ukuran file peta dijital dalam format JPG detil ini cukup besar 8MB !.

Foto 10 pagi, 25 Okt 2010

Disebelah ini foto Gunung Merapi diambil dari udara pada hari ini tanggal 25 Oktober 2010, pda sekitar pukul 10 pagi.

Peta Kawasan Rawan Bencana G Merapi (ukuran 8MB)

Peta lain tentang Kemungkinan Arah Erupsi G Merapi tahun 2006 dapat dilihat dibawah ini :

http://rovicky.files.wordpress.com/2007/11/merapi-1.jpg?w=433&h=297

Tahun 2006 arah luncuran Wedus Gembel kearah Kaliadem.

Jarak luncuran mampu mencapai 15 Km.

Tahun 2010 ini Kemungkinan arah erupsinya belum ada peta yang dipublikasikan oleh Badan Geologi. Hal ini mungkin karena morfologi Gunung Merapi sudah banyak berubah akibat letusan tahun 2006.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tehnologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta mengatakan perlu mewaspadai tiga jalur arah erupsi Merapi tahun 2010 ini pasca dinaikkannya status aktivitas gunung tersebut dari Waspada menjadi Siaga, Kamis malam kemarin. Ketiga jalur arah erupsi tersebut adalah ke Barat Daya, Selatan dan ke arah Tenggara.

Pada erupsi 2006 jarak luncur mencapai tujuh kilometer dari puncak Gunung Merapi. Tetapi untuk setiap peningkatan aktivitas Gunung Merapi tidak menutup kemungkinan erupsi yang terjadi mencapai jarak luncur hingga 15 kilometer dari puncak.

gravatar

Tragedi Bunker Merapi 2006 – Efusif bukan berarti aman terkendali

merapi8.jpg Pasca “njedulnya” pulau baru di kawah Gunung Kelud mengundang banyak tanya dan persepsi yang mesti harus di perhatikan bersama. Memang benar bahwa letusan yang BLARR memang berkurang kemungkinannya. Dan terjadi perubahan kemungkinan tipe letusan daril edakan explosive menjadi tipe pancuran atau lelehan effusive.


Ayo kita belajar dari Merapi. Salah satu tipe letusan effusive itu adalah Gunung Merapi, yang tahun lalu sempat mengeluarkan lava panasnya ke arah selatan. Lelehan lava Gunung Merapi ini sangat berbahaya. Nah seperti apa leleran lava panas ini ?

Lelehan lava Merapi 2006

Pada bulan Mei 2006, Jogja digoyang gempa yang disusul oleh letusan Gunung Merapi yang sebelum gempa sudah ditunggu-tunggu kejadiannya. Lelelah lava ini sebelumnya sudah diperkirakan oleh time BPPTK (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta) dengan empat buah sekenario, seperti yang tergambar dibawah ini.

merapi-1.jpgEmpat kemungkinan letusan itu hampir semua ke arah barat, dan satu kemungkinan juga ke arah selatan. Lihat warna-warna pada peta dibawah yang menggambarkan arah penyebaran lelehan lava serta awan panas.

Yang terjadi akhirnya leleran lava panas kearah selatan. Lava ini juga besamaan dengan luncuran awan panas, yang menewaskan dua orang. Keduanya berada didalam bunker yang tidak kuat menahan suhu dari leleran lava ini.

Seberapa besar leleran lava Merapi 2006 ini.

Leleran lava merapi tahun 2007 ini meluncur ke arah selatan setelah dinding yang dikenal dengan nama Geger Boyo Ambrol beberapa hari setelah gempa Jogja. Karena ambrolnya dinding inilah yang menyebabkan aliran lava serta luncuran awan panas kearah selatan. Luncuran lava ini hingga mencapai Kaliadem tempat dimana terdapat bunker persembunyian bila terkjadi luncuranawan panas.

Dibawah ini dua buah foto perbandingan sebelum dan sesudah terjadinya leleran lava wedus gembel.

merapi-2a.jpg

Bunker Kaliadem sebelum letusan 20006

Gambar pertama diambil di sekitar tempat wisata Kaliadem, didepan bunker . Pemandangan indah di depan bunker ini diambil sebelum terjadinya letusan bulan May tahun 2006. Coba perhatikan ketinggian/kedalaman lubang terowongan buatan ini yang didesign untuk kuat menahan terjangan awan panas.

merapi-2b.jpg

Bunker sesudah letusan 2006

Ketinggian dari bawah hingga ke atas ini kira-kira 15 meter. Bandingkan dengan foto disebelah kanan, Klick gambarnya untuk memperbesar. Sebagai pembanding lihatlah ketinggian orang yang berdiri diatas bunker ini. Terlihat kira-kira ketebalan lava yang menutup disini sekitar 3-7 meter !.

Dua orang yang tewas didalam bunker ini tentunya tidak mampu menahan panas dari lava.Konon ketika dibongkar tiga hari setelah kejadian suhu tanah/batu dipermukaannya masih diatas 80 bahkan hingga 120 derajat Celcius. Lihat perbedaan warna hijau dari hutan disebalah kanan dan warna kecoklatan karena terbakar awan panas disebelah timur lembah sungai.

Bagaimana dengan lokasi wisata Kaliadem ?

Dibawah dua foto sebelum dan sesudah letusan 2006 itu.

merapi-3a.jpg

Kaliadem sebelum letusan 2006

Disebelah ini gambar diambil di sekitar tempat kios-kios di Kaliadem. Bandingkan dengan gambar disebelah kanan sesudah dilalui lava panas ini.

merapi-3b.jpg

Kaliadem sesudah letusan 2006

Dari gambar disebelah kanan ini terlihat arah luncuran dari lava Merapi yang meluncur kearah selatan, kemudian menabrak perbukitan sehingga berbelok kearah kiri (barat). Lihat ketebalan lava yang menutup hampir separuh ketinggian rumah-rumah ini. Kalau anda perhatikan di Kaliadem saat ini tentunya dapat membayangkan bahwa sebenarnya kios-kios ini berada pada bukit igir-igir atau punggungan. Jadi lokasi kios ini bukan pada sebuah lembah. Jadi luncuran lava dengan kecepatan dapat mencapai 65 Km/jam iniakan mampu “mendaki” sebuah bukit.

merapi-4.jpg

Jadi sekarang mestinya sudah tahu bahwa letusan efusif-pun juga dapat sangat-sangat berbahaya.

Salam WASPADA !

Sumber: Dongeng Geologi

gravatar

Lautan Pasir Gunung Bromo

Keberadaan Gunung Bromo dengan lautan pasirnya yang fenomenal sudah cukup lama dikenal sebagai salah satu tujuan wisata terkemuka di Indonesia. Gunung Bromo merupakan salah satu gunung pada Pegunungan Tengger.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Dengan ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, panorama elok terpancar saat memandang pesona alam yang tidak akan pernah ada habisnya. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama dan terletak dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.

Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di tengah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo, mengepulkan asap putih. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Ketinggian yang relatif “rendah” untuk ukuran gunung membuat perjalanan menuju Gunung Bromo relatif mudah.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, Anda bisa menikmati hamparan lautan pasir luas, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menggapai langit. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya atau sebaliknya menikmati temaram senja dari punggung bukit Bromo.

Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan cukup berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam, tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi.

Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung. Sampai di atas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan momen ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas.

Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Sejarah terbentuknya Gunung Bromo dan gunung-gunung yang ada di sekitarnya berawal dari keberadaan Gunung Tengger (4.000 mdpl) yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi saat itu.

Kemudian terjadi letusan dahsyat yang menciptakan kaldera dengan ukuran diameter lebih dari 8 kilometer. Material vulkanik letusan gunung sekarang berubah menjadi lautan pasir, konon material tersebut pernah tertutup oleh air. Aktivitas vulkanik dengan munculnya lorong magma mengakibatkan terbentuknya gunung-gunung baru seperti Gunung Bromo, Gunung Widodaren, Gunung Batok, Gunung Watangan, Gunung Kursi dan Gunung Semeru.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Bromo memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan panorama gunung lainnya. Di sekitar Bromo hingga puncak tidak ditemui tanaman hijau selain semak belukar. Gunung Bromo yang masih terdapat dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa lautan pasir seluas 5.250 hektare.

Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70 ribu atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang beterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.

Dari kaki gunung fenomenal itu, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo , Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap.

Anda juga dapat melayangkan pandangan ke bawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Setelah berlama-lama di puncak, apabila pelancong sudah merasa kelaparan, di bagian bawah Bromo terdapat warung-warung yang menjajakan gudeg, mie instan, air mineral dan jajanan murah. .

Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa.

Photo credits - Rhamadian Qadafi/Portaltiga

Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.

Ada beberapa tips yang perlu Anda perhatikan saat ke kawasan Gunung Bromo antara lain, Berkunjunglah pada musim kemarau, jangan musim penghujan, sehingga anda akan mendapatkan momen pemandangan yang sempurna. Siapkan pakaian pelindung dingin, seperti kerpus, slayer, syal, sarung tangan, jaket, dan jangan lupa sepatu karena cuaca disini cukup dingin. Bawalah juga kacamata untuk pelindung dari debu pasir selama di Segoro Wedi. Jangan berada di kawah Bromo di atas pukul 9 pagi untuk menghindari risiko keracunan.

Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan taman nasional Bromo Semeru ini yaitu: Desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, Desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, Desa Ngadas dari jalur Malang dan Desa Burno adalah jalur Lumajang.

Adapun rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
- Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km,
- Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km
- Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km

Selamat menikmati keindahan eksotis Gunung Bromo!

gravatar

Danau Cantik dari Bencana

Tak lengkap rasanya jika Anda berkunjung ke Sumatera Utara tidak mampir sejenak ke Danau Toba, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Pesona eksotisnya berupa hamparan danau luas laksana lautan dengan pepohonan rindang dan perbukitan yang menawan. Danau ini berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut, di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang tak kalah menariknya menjadi objek kunjungan wisata.

Photo credits - Arie Basuki/Tempo

Dalam kunjungannya pada 1996, Pangeran Bernard dari Belanda bahkan menyatakan kekagumannya pada panorama indah danau ini. “Juallah nama saya untuk danau ini. Saya tak dapat melukiskan betapa indahnya Danau Toba,” katanya antusias.

Ada tujuh kabupaten di sekeliling danau, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata. Umumnya wisatawan menikmati keelokan Danau Toba dari Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau Samosir.

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73 ribu-75 ribu tahun lalu dan merupakan letusan super volcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama dua minggu.

Photo credits - Agung Chandra/TempoDebu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama satu minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan, pada beberapa spesies, juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Ketika menikmati keindahan danau ini, Anda mungkin tak membayangkan bahwa pesona yang terjadi berasal dari bencana dahsyat letusan gunung berapi yang mendatangkan ketakutan dan kengerian ketika itu.
Perjalanan darat ke Danau Toba, tepatnya ke Parapat, memakan waktu empat sampai lima jam dari Medan. Tersedia bus atau travel yang langsung menuju Parapat. Rutenya melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan belok ke arah Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.

Apabila menggunakan kereta api, dari Medan pilih rute menuju Pematang Siantar. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Parapat. Waktu tempuhnya satu jam.

Photo credits - Agung Chandra/Tempo

Untuk tempat menginap dan tinggal lebih lama menikmati keindahan Danau Toba, tersedia banyak hotel dan penginapan. Di Parapat, sedikitnya ada 900 kamar hotel berbagai jenis, mulai dari bintang empat hingga homestay, di Tuktuk juga tak berbeda. Baik di Parapat maupun Tuktuk, wisatawan dapat langsung menikmati danau dari pinggirannya. Tarif hotel di Tuktuk dan Parapat bervariasi, sesuai tipikal turis yang datang. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 500 ribu per malam tergantung tipe hotel.

Sebuah perusahaan travel bahkan menawarkan menikmati keindahan Danau Toba dari udara, yakni menggunakan paralayang. Setiap wisatawan diberi kesempatan terbang menggunakan paralayang dari kawasan pegunungan Tongging, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bagi para wisatawan yang ingin mencoba paralayang akan ditemani seorang instruktur berpengalaman, namun tentunya penentuan bisa terbang atau tidak tergantung pada kondisi cuaca dan angin.

Tidak hanya itu, menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam bisa Anda nikmati dari pesisir danau. Dari dataran tinggi Karo di sebelah utara, keelokan danau terlihat memanjang dipandang dari Sikodonkodon. Namun, hanya ada satu resor di sini. Di sisi barat, pemandangan danau dan Pulau Samosir dapat dengan sempurna disaksikan dari Tele. Ada gardu pandang di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut untuk menikmati senja di Danau Toba.

gravatar

Banjir Bandang Wasior, Bagaimana terjadinya ?

Berita bencana banjir bandang Wasior sangat mengagetkan. Berita soal pembalakan liar sering menjadi tuduhan pertama terjadinya banjir bandang terutama di daerah yang banyak hutannya. Wasior yang berada di pinggir lebatnya hutan Papua pun mengalami banjir bandang.

Apa sebenarnya banjir bandang itu.

Banjir bandang agak sedikit berbeda dengan bajir air biasa di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir bandang terjadi secara mendadak disertai aliran deras campuran batu, kayu serta batu kerikil dan lumpur.

Dapat diketahui dengan sebuah pengamatan di lapangan.

Menurut catatan Bu Rita (Ketua Jurusan Teknik Geologi UGM), beberapa tahun sebelumnya, tercatat bencana banjir bandang pernah pula melanda beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya terjadi di tempat wisata pemandian air panas Pacet di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 11 Desember 2002 yang mengakibatkan 26 orang tewas dan 14 orang hilang. Di Lembah Sungai Jenebarang yang berada di lereng Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Goa, terjadi bencana yang sama pada 27 Maret 2004 hingga menewaskan 32 orang serta mengubur 12 rumah dan 430 hektare lahan. Begitu juga di bantaran Sungai Bahorok, Taman Wisata Bukit Lawang, yang berada di kaki Gunung Leuser, Sumatra Utara, terjadi bencana banjir pada 2 November 2003 yang mengakibatkan 151 orang tewas dan 100 orang yang hilang. Bahkan, di beberapa lembah/bantaran sungai di Kota Palu dan juga di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Januari 2006.

Mungkin ada yang masih ingat kejadian tahun lalu ketika di detik.com menceritakan munculnya danau yang tiba-tiba saja terisi air di Maluku. Cerita pembentukan danau itu sudah didongengkan disini : Danau Akibat Longsoran.

Terjadinya banjir bandang ini dapat dimengerti dengan pengamatan di lapangan seperti yang dilakukan Bu Rita, diman akhirny abeliau dapat menjelaskan bagaimana Banjir Bandang Wasior terjadi.

Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.

Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan kondisi bukit diatasnya.

Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang longsor dari bagian atas lereng. Proses pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batang-batang kayu yang terseret saat longsor terjadi.

Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.

Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu berarti air tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi sumber air ketika longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.

Tentusaja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat cara tiga dimensi. Seperti morfologi dari sekitar Wasior.

Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang memungkinkan terbentuknya bendungan alami.

Kita lihat pada peta diatas bahwa Wasior terletak dibagian bawah dari sebuah bukit memanjang yg dikenal dengan nama Semenanjung Wandamen (Semenanjung Wasior) trimakasih koreksinya Mas Ismail Widodo

Dalam peta interaktif dapat dilihat seperti morfologi di daerah ini.

Lihat disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini menunjukkan bahwa daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir bandang.

Bagaimana dengan pembalakan hutan yang dicurigai itu ?

Menurut Bu Rita, tidak tertutup kemungkinan bahwa penumpukan batang-batang kayu di daerah hulu ini akibat pembalakan hutan. Bagaimana kita dapat menduga bahwa kayu-kayu yang tertumpuk adalah akibat pembalakan hutan atau akibat pohon-pohon yang tumbang yang terseret saat longsor di bagian atas lereng lembah terjadi. Apabila kayu yang terseret oleh arus banjir bandang ini merupakan kayu gelodongan dengan ukuran teratur dan tampak terpotong secara seragam (tidak disertai adanya akar-akar pohon), tumpukan kayu yang membendung lembah di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon oleh manusia. Namun, apabila kayu-kayu yang terseret banyak disertai dengan akar-akar dan ranting-ranting pohon, sangat mungkin bahwa tumpukan kayu-kayu yang membendung hulu sungai terjadi secara alamiah akibat longsor yang menyeret pohon-pohon di permukaan lereng.

Wasior dan daerah yang rawan banjir bandang Rona cerah menunjukkan longsoran (banjir bandang) dimasa lampau.

Jadi, banjir bandang dapat pula dipicu oleh longsor dan pembendungan di daerah hulu, yang umumnya dicirikan dengan munculnya kenampakan berupa bekas-bekas longsor di bagian atas lembah sungai yang terbendung. Kenampakan bekas longsor ini dicirikan oleh terbentuknya torehan-torehan lengkung pada lereng-lereng di daerah hulu sungai. Contohnya adalah kejadian banjir bandang di Sungai Bahorok pada 2003 yang juga disertai puluhan torehan-torehan longsor pada lereng Gunung Leuser. Torehan-torehan ini dapat mudah diamati dari atas melalui citra satelit, foto udara, atau inspeksi udara dengan helikopter/pesawat terbang.

Sumber: Dongeng Geologi

gravatar

MENGALAH BUKAN BERARTI KALAH

Sikap mengalah memang bukanlah sikap yang populer untuk kehidupan kita sekarang ini. Justru orang yang mengalah seringkali menjadi korban pihak lain, antara lain diinjak-injak haknya, dizholimi, dipojokkan, sehingga malah menjadi orang yang dirugikan, hal demikian akhirnya membuat kita cenderung mengembangkan sikap yang berlawanan, yaitu sikap tidak mau mengalah.
Jika sikap tak mau mengalah ini diterapkan pada hal-hal yang tepat, tidak apa-apa.
Masalahnya sikap ini sering kali kita bawa ke dalam aspek-aspek kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat.


Penyebab sikap tidak mau mengalah , seringkali adalah


1. Merasa diri kita LEBIH TAHU
Kita menganggap kitalah yang mengetahui kebenaran dan mengharapkan pihak yang satunya mengiyakan pandangan kita.
Sifat dasar pengetahuan adalah kesombongan, artinya jika tidak hati-hati maka pengetahuan akan mudah sekali membuat orang yang bersangkutan menjadi sombong dan takabur.
Pengetahuan sejati bukanlah pengetahuan yang bersifat intelektual atau pengetahuan yang bersifat kognitif yakni dalam pikiran kita., melainkan kita dianggap berpengetahuan jika kita mempunyai lebih dari sekedar pengetahuan, yaitu Mengerti dan Bijaksana (dalam mengamalkan pengetahuan tersebut)


2. Merasa diri kita BERHAK (punyak hak atas sesuatu)
Dengan berpendapat bahwa kita merasa yang paling berhak atas semuanya, berhak tidak sakit hati, berhak atas pemahaman kita, dan berhak atas yang lainya, maka akan membuat diri kita berbuat sedemikian rupa membela/memperjuangkan 'hak' kita itu.
Sebenarnya hak-hak yang paling baik adalah melepaskan hak pribadi untuk kemaslahatan/kepentingan bersama.


3. Merasa diri PALING BENAR
Karena kita merasa lebih berpengetahuan, atau katakanlah terjadi peningkatan ego kita yang luar biasa, atau kita memiliki kekuasaan yang lebih, maka kita cenderung merasa diri kita paling benar, sehingga kita sangat sulit untuk bersikap mengalah, meski pun kadang kita tahu sebenarnya kita adalah pihak yang salah


Kita sama-sama mengetahui bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah, bila kedua belah pihak selalu mau menang sendiri, tidak ada yang mau mengalah, maka bisa dipastikan tidak akan berhasil diselesaikan dengan baik, bahkan selamanya mungkin tidak akan bisa membereskan masalah-masalah tersebut. Padahal dengan mengalah dapat menetralisir segala pertikaian, masalah besar akan menjadi kecil dan masalah kecil akan dinihilkan, suasana tegang akan berubah menjadi tenang damai.


Mengalah juga menunjukkan kelapangan dada/hati seseorang, juga memperlihatkan pandangan orang itu tidak sama dengan orang-orang pada umumnya. Juga menandakan bahwa orang tersebut berjiwa matang.


Kita sering mengalami perbedaan pendapat atau berbeda keinginan dengan orang lain dalam hubungan interaksi sosial kita sebagai manusia, perbedaan pendapat atau keinginan tidak akan terjembatani hanya dengan perdebatan-perdebatan, apalagi jika dengan diwarnai saling menyalahkan dan pemaksaan kehendak. Sikap saling menyalahkan dan pemaksaan kehendak hanya akan mengakibatkan sakit hati pada kedua belah pihak.


Jalan keluar atau solusi yang rasional dan manusiawi dari konflik perbedaan pendapat atau keinginan justru terletak pada sikap "mengalah dalam pengertian yang benar". Artinya, tidak memaksakan kehendak atau kesukaan diri sendiri, tetapi membiarkan diri mengikuti kehendak orang lain, demi terjadinya perubahan-perubahan rasional dan manusiawi (perbaikan-perbaikan), baik dalam diri sendiri maupun diri orang lain. Langkah ini memungkinkan terjembataninya perbedaan-perbedaan di antara mereka yang berbeda.


Perbuatan mengalah, walaupun kadang menyesakkan dada, tetapi lebih banyak membuahkan kebaikan ketimbang sikap bersikukuh menganggap diri sendiri paling benar.
Mengalah juga merupakan pilihan sikap yang jauh lebih dewasa dan bijaksana,
merendahkan hati dan mengalah mampu menepis keegoisan dan rasa direndahkan
dan mampu meningkatkan harga diri , tak jarang sikap mengalah walau tak kalah ini merupakan jawaban dari rentetan kegalauan dan gejolak hati yang ingin selalu dimenangkan,

Cobalah berbicara sejenak dengan hati nurani. apakah sedemikian ruginya jika mengalah?
tentu saja tidak, jika kita berpikir bahwa hasilnya adalah sebuah perdamaian dan penyelesaian yang adil dan bijaksana dan bisa diterima semua pihak.


Pernah dengar kata pepatah bijak "mengalah bukan berarti kalah".
Sifat mengalah dikatakan akan membawa berkah.
Setidaknya, menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan.


"Wani ngalah luhur wekasane"
(Barangsiapa berani mengalah, maka pada akhirnya ia akan mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan)

gravatar

Adobe Photoshop Portable versi CS4

Adobe photoshop merupakan aplikasi editing foto yang banyak di minati oleh banyak orang. Karena selain hasil editan dengan menggunakan adobe photoshop CS4 bagus juga mudah di gunakan. Banyak orang yang sudah membuktikan. ingin adobe photoshop portable CS4 gratis? gak perlu beli ampe jutaan rupiah? klik aja DOWNLOAD adobe photoshop portable CS4 ...

gravatar

Banjir dan Daya Dukung Ekologis

Bencana banjir kali ini menggenangi sedikitnya 70 persen wilayah Ibu Kota. Akibatnya, sebagian besar aktivitas produktif di kawasan yang tergenang itu pun lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Di kawasan yang terendam banjir, sambungan listrik juga padam.

Memasuki usianya yang ke-480, selain banjir tahunan, Jakarta dililit berbagai persoalan pelik. Meski demikian, Jakarta tetap memiliki daya tarik kuat, terkait tingginya peredaran uang. Betapa tidak. Lebih dari tiga dekade pemerintahan Orde Baru, dua pertiga investasi asing yang masuk ke Indonesia ditanam di Jakarta (MeBath 2001).

Pada saat yang sama, 45 persen investasi dalam negeri juga ditempatkan di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek). Tak heran jumlah penduduknya terus meningkat, dari 435.000 jiwa tahun 1930 menjadi 9,8 juta (1995) dan sekitar 12 juta jiwa saat ini. Diperkirakan tiap tahun ada 250.000 hingga 300.000 orang pindah ke Jakarta.

Daya dukung ekologis

Pada saat yang sama, pertumbuhan pesat ekonomi Jakarta dan sekitarnya memiliki banyak sisi gelap, terutama terkait dengan daya dukung ekologisnya. Banjir, longsor, dan berbagai musibah alam lain merupakan indikasi seriusnya persoalan.

Selain berbagai bentuk bencana itu, Jakarta dan pantai utara (pantura) Jawa terancam punah. Sepuluh tahun lalu, sebuah studi yang dilakukan South Pacific Regional Environment Programme (SPREP) meramalkan, pada pertengahan abad 21, sebagian besar daerah pertanian dan tambak udang pantura Jawa bakal terendam air akibat peningkatan muka laut setinggi 45 cm. Penyebabnya, kenaikan suhu global 2,5 derajat Celsius yang disebabkan peningkatan emisi CO2 200 persen.

Efek rumah kaca itu semakin bertambah akibat penggunaan gas CFC di seluruh dunia. Gas yang melubangi ozon sebagai perisai Bumi terhadap sinar ultraviolet itu mengakibatkan terjadinya perubahan zona cuaca. Ketika sebagian Afrika mengalami kekeringan, menanjaknya permukaan laut telah “menelan” kawasan subur yang menjadi sumber kehidupan jutaan penduduk, seperti dataran rendah Po di Italia, Delta Gangga di Banglades, Mekong di Vietnam dan Kamboja, Huang He di Tiongkok. Hal sama kini mulai mengancam pantura Jawa, termasuk Jakarta.

Di Jakarta, 80 persen penduduknya memenuhi kebutuhannya dari air tanah, hidran umum, serta membeli dari pedagang air (UNDP, 2004). Tak heran permukaan air tanah di Jakarta cenderung menurun dari tahun ke tahun sehingga terjadi rembesan air laut ke beberapa wilayah Jakarta. Penyedotan air tanah di Jakarta telah mencapai 3-4 kali lipat batas toleransi (Bank Dunia, 2003).

Pada saat yang sama, gencarnya pembangunan tak jarang menggerogoti jalur hijau dan memperkecil kawasan resapan air. Proporsi luas lahan terbangun di DKI melonjak tajam sejak 20 tahun terakhir. Jakarta Selatan yang dulu merupakan daerah resapan air, misalnya, kini menjadi wilayah permukiman yang padat dengan proporsi luas lahan lebih dari 70 persen (Kompas, 3/2/2007).

Masalah transportasi

Masalah pelik lain adalah transportasi. Hal ini antara lain terkait arus kendaraan bolak-balik Botabek-Jakarta. Setiap pagi sekitar 800.000 penghuni Botabek menuju Jakarta, sebelum kembali pada sore dan malam hari. Sebaliknya, sekitar 200.000 orang Jakarta bekerja di Botabek. Arus bolak-balik ini mempertajam frekuensi mobilitas dalam kota, terutama pada saat-saat pergi dan pulang kerja dengan dampak kemacetan yang parah.

Kondisi lalu lintas ini telah membawa persoalan serius bagi perekonomian secara keseluruhan. Tiadanya jaringan kereta bawah tanah atau kereta layang bisa dianggap sebagai penyebab utama parahnya lalu lintas Jabotabek. Busway yang lebih diprioritaskan ketimbang monorel, selain memperparah kemacetan juga masih jauh dari memadai. Akibatnya, kendaraan pribadi tetap menjadi alternatif, termasuk tingginya jumlah kendaraan roda dua yang merupakan fenomena motorisasi negara-negara berkembang.

Di Jakarta, pertambahan kendaraan bermotor sejak tahun 1990 rata-rata 10 persen per tahun. Sementara persentase kendaraan umum dari tahun ke tahun terus menurun, dari 57 persen (1985) menjadi 50 persen (1995), dan 42 persen (2001) (Dreesbach, 2002).

Meski mempunyai jaringan yang lebih baik dibandingkan luar Jawa, kualitas jalan di Jabotabek, terbilang rendah. Padahal, hanya sekitar 0,25 persen penduduk yang menggunakan kendaraan pribadi, sementara 4,7 persen dari mereka hilir-mudik Botabek menggunakan kereta.

Masalah sampah

Masalah berikut adalah sampah dan pencemaran udara. Sampah yang terangkut hanya sekitar 18 persen dari 7.000-an ton sampah per hari yang dihasilkan Jakarta. Sebanyak 40 persen lainnya dibuang bukan di tempat pembuangan resmi dan sisanya (30 persen) dibuang ke sungai yang ikut menjadi penyebab banjir.

Pencemaran udara dan air di Jakarta adalah akibat penanganan yang tidak tuntas, cenderung parsial, serta kurangnya kesadaran pemerintah dan masyarakat. Dalam hal peraturan, pertumbuhan ekonomi mengalahkan pertimbangan ekologis. Untuk memenangi persaingan dengan negara upah rendah seperti Vietnam dan India, selama puluhan tahun pemerintah menawarkan kemudahan produksi barang tak ramah lingkungan (sunset industries) di Jabotabek. Menjamurnya real estat dan supermal menjadikan Jakarta “hutan beton”.

Berbagai upaya dan skenario nasional perbaikan lingkungan Jakarta, seperti konsentrasi teknologi “bersih” (hi-tech-industry di Jakarta, Environment Act 1982, Spatial Use Management Act 1992 yang diperbarui dengan mengorbankan jalur hijau (2001), dan pembentukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal), dinilai hanya sebagai kosmetik.

Apa yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi perusakan lingkungan pun terkesan separuh hati. Ketika Prokasih (Program Kali Bersih), Prodasih (Program Laut Lestari) digencarkan, tanpa banyak diketahui publik. misalnya, DKI Jakarta membuat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2000-2010 yang “membenarkan” penghilangan berbagai jalur hijau kota.

Tanpa terobosan radikal dan bila kita percaya pada siklus lima tahunan, banjir bandang berikutnya akan sepenuhnya menenggelamkan Jakarta. Semua warga diharapkan bangkit. Semoga banjir dan bencana lain yang akhir-akhir ini kian sering terjadi membuka mata hati kita untuk memerangi “kecenderungan ekonomi mengalahkan ekologi”. Idealnya, ekonomi dan ekologi saling mendukung. Terobosan itu ada dalam akal sehat dan tak jarang terkandung dalam kearifan budaya yang lama terlupakan.

IVAN A HADAR Pemerhati Sosial dan Ekonomi; Menetap di Jakarta
Sumber: Kompas, 06 Februari 2007

Banjir Akibat Rusaknya DAS

Oleh Endah Sulistyowati

anjir telah melakukan “kudeta” di ibukota. Akibatnya berbagai aktivitas Jakarta dan sekitarnya menjadi lumpuh total. Pemerintah tidak berdaya dan hanya bisa mengharapkan kesabaran dan ketabahan rakyat dalam menghadapi bencana banjir. Bencana banjir selain diakibatkan oleh faktor cuaca yang ekstrem juga disebabkan oleh rusaknya ekosistem DAS (Daerah Aliran Sungai).

Bangsa ini sudah dilanda collective ignorance dan kehilangan kearifan dalam mengelola DAS. Berbagai undang-undang dan peraturan tentang lingkungan hanya menjadi macan kertas yang tidak pernah dijalankan secara konsisten. Penegakan hukum lingkungan yang antara lain mengenai ketentuan tentang sempadan sungai banyak dilanggar.

Wilayah Jakarta yang dibelah oleh 14 sungai sudah seharusnya membutuhkan manajemen pengelolaan DAS yang konsisten dan berkelanjutan. Rencana untuk membangun megaproyek kanalisasi untuk mencegah banjir belum tentu berhasil membebaskan Jakarta dari sergapan banjir jika masalah sempadan sungai tidak ditanganai secara tuntas. Begitupun, banjir juga tidak bisa ditangani secara parsial di wilayah Jakarta saja, tetapi harus menyangkut sepanjang DAS yang melewati propinsi Jawa Barat dan Banten.

Karena kehancuran ekosistem DAS juga terjadi di daerah hulu. Hampir seluruh DAS yang ada di propinsi Jawa Barat dan Banten dalam kondisi kritis, terutama DAS Citarum, Ciliwung. dan Cisadane. Egoisme sektor kedaerahan dan buruknya koordinasi wilayah menambah parah situasi.

Untuk itulah konsep Megapolitan yang bermaksud memperluas koordinasi teknis dan integrasi kebijakan pembangunan penyangga ibu kota sebaiknya segera diwujudkan dengan titik berat kepada aspek lingkungan hidup. Ketidakberdayaan propinsi Jawa Barat dan Banten untuk menghentikan laju deforestasi di wilayahnya akan berdampak lebih buruk lagi di waktu mendatang.

Sempadan Sungai

Dibutuhkan tindakan tegas tanpa pandang bulu untuk melindungi dan membenahi zona sempadan sungai. Sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan, kanal, saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi dari kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Kriteria sempadan sungai terdiri dari: (a) Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter di kiri- kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman. Sesuai dengan PP No 35 Tahun 1991 tentang Sungai. (b) Untuk sungai di kawasan pemukiman lebar sempadan sungai seharusnya cukup untuk membangun jalan inspeksi yaitu antara 10 sampai dengan 15 meter. Sesuai dengan PP No 35 Tahun1991.

Selain penegakan hukum yang lemah, kerusakan sempadan sungai juga disebabkan oleh aspek land tenure (penguasaan lahan). Aspek tersebut banyak melanggar Amdal untuk kegiatan pembangunan di daerah lahan basah. Akibat lemahnya penegakan hukum terjadilah kerusakan fungsi ekologis lahan basah yang berdampak erosi genetik dan penurunan potensi.

Ada beberapa hal penting yang perlu diingat sehubungan dengan ekosistem lahan basah. Antara lain, Ekosistem lahan basah sesungguhnya memiliki potensi alami yang sangat peka terhadap setiap sentuhan pembangunan yang merubah pengaruh perilaku air (hujan, air sungai, dan air laut) pada bentang lahan itu. Ekosistem lahan basah bersifat terbuka untuk menerima dan meneruskan setiap material (slurry ) yang terbawa sebagai kandungan air, baik yang bersifat hara mineral, zat atau bahan beracun maupun energi lainnya, sehingga membahayakan.

Ekosistem lahan basah sesungguhnya berperan penting dalam mengatur keseimbangan hidup setiap ekosistem darat di hulu dan sekitarnya serta setiap ekosistem kelautan di hilirnya. Kerusakan DAS selama ini kurang ditangani secara serius. Hanya dibenahi ala kadarnya saja, seperti dalam bentuk proyek pengerukan yang menelan dana milyaran rupiah.

Proyek semacam itu kurang efektif untuk menanggulangi bencana banjir atau kekeringan jika tidak disertai dengan reklamasi total jalur sempadan sungai yang disertai dengan gerakan budaya dan terapi psikososial. Banjir merupakan hukum karma akibat lemahnya penegakan hukum lingkungan.

Zonasi Lahan Basah

Padahal, banjir di ibu kota yang sudah menjadi tradisi itu mestinya bisa ditanggulangi secara teknis geologis dan reklamasi lingkungan yang disertai dengan gerakan budaya mengelola DAS secara arif. Namun, secara telanjang rakyat sering disuguhi oleh inkonsistensi pemerintah dalam mengelola lingkungan hidup.

Saat ini pemerintah boleh dibilang telah gagal menyeimbangkan keberadaan lahan basah untuk tetap terjaga dan tidak dialihkan fungsinya guna mengurangi bencana banjir dan tanah longsor. Zonasi terhadap Kepmeneg Lingkungan Hidup tentang lahan basah seharusnya diterapkan secara konsisten. Zonasi itu diterapkan berdasarkan kekuatan air sungai dan air pasang.

Ekosistem lahan basah sesungguhnya memiliki potensi alami yang sangat peka terhadap setiap sentuhan pembangunan yang merubah pengaruh perilaku air (hujan, air sungai, dan air laut) pada bentang lahan itu. Untuk itulah kewajiban pemerintah untuk mendefinisikan secara tegas dan tanpa pandang bulu tentang zonasi yang ideal dari lahan basah. Secara teori ekologis, kawasan yang harus dijaga dan dipertahankan fungsinya meliputi:

Kawasan Resapan Air, yaitu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan akifer (tempat pengisian air bumi) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan kawasan yang bersangkutan.

Kriteria kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu mere-sapkan air hujan secara besar-besaran. Sempadan Sungai, yaitu kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan, kanal, saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Sempadan Pantai, adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan dan melindungi kelestarian fungsi pantai dari gangguan berbagai kegiatan dan proses alam. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk, adalah kawasan tertentu di sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsinya. Kawasan Pantai Berhutan Bakau, yaitu kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.

Penulis adalah Pemerhati Psikososial dan Kebijakan Lingkungan Hidup

Last modified: 6/2/07

Banjir, Antara Kecolongan dan Kealpaan

Oleh: Martina Susanti

Eksploitasi yang semena-mena terhadap alam akan mengakibatkan alam “berontak” terhadap perilaku yang diterimanya.

Banjir besar siklus lima tahunan kembali melanda kawasan Jakarta. Banyak orang yang menyalahkan, penyebab (biang) bencana kali ini adalah curah hujan yang tinggi di kawasan Bogor dan Jakarta.

Kita pernah mengalami keadaan buruk itu pada Februari 2002. Dalam siklus banjir lima tahunan itu bahkan pelataran Istana Merdeka sempat tergenang pula.

Sepanjang periode lima tahun ini harus kita katakan belum ada sistem pengendalian air dan juga banjir yang lebih baik yang kita introduksi. Kita tahu, meski sudah dirancang sejak 2002, Banjir Kanal Timur hingga kini belum juga selesai.

Reaksi alam

Bencana alam seperti banjir memang tidak pernah diundang. Namun, perilaku manusia yang tidak akrab dengan lingkungan sebenarnya merupakan undangan tidak langsung terhadap bencana banjir. Demikian pula dengan setiap bencana banjir yang melanda Kota Jakarta ini, tidak pernah lepas dari ulah manusia yang seenak perut sendiri dalam memperlakukan alam lingkungan. Eksploitasi yang semena-mena terhadap alam akan mengakibatkan alam “berontak” terhadap perilaku yang diterimanya.

Jadi pada dasarnya banjir merupakan ekspresi demonstrasi alam terhadap sesuatu yang kurang wajar mengena dirinya. Banjir membawa pesan bahwa ada sesuatu yang perlu dibenahi terkait dengan lingkungan tempat bencana itu terjadi.

Bencana banjir sebenarnya merupakan akibat rusaknya lingkungan atau salah satu indikator tidak serasinya ekosistem di suatu daerah aliran sungai (DAS). Dengan kata lain, keseimbangan ekologis suatu DAS atau sub-DAS telah terganggu.

Sebuah DAS pada dasarnya adalah sebuah sistem sungai yang dapat dianggap ekosistem, yang di dalamnya terjadi interaksi kompleks antara komponen makhluk hidup (tumbuhan, hewan, jasad renik, dan manusia) dan lingkungan fisik di sekitarnya (radiasi matahari, angin, air, tanah, dan lain-lain). Adanya perubahan yang berlaku pada salah satu komponen di dalamnya akan menyebabkan ketidakseimbangan/gangguan terhadap sistem keseluruhan DAS.

Efek yang terjadi di antaranya menurunnya kuantitas, kualitas, dan fluktuasi ketersediaan air dari sistem DAS.

Kasus nyata rusaknya sistem DAS adalah ekstremitas fluktuasi ketersediaan air sehingga terjadi bencana kekeringan pada musim kemarau dan sebaliknya, terjadi bencana banjir pada saat musim hujan. Penyebab klasik rusaknya sistem DAS antara lain ulah manusia itu sendiri dalam menggarap ladang/lahan di kawasan DAS. Misalnya saja adanya perladangan yang berpindah-pindah serta perbukitan yang dikupas dan dijadikan lahan pertanian atau pertambangan.

Berubahnya situ dan danau alami tempat menampung air hujan dan dijadikan lahan permukiman juga ikut memicu terjadinya bencana banjir. Dari puluhan situ di kawasan Jabotabek, misalnya, sekarang keberadaannya bisa dihitung dengan jari. Kondisi ini menjadikan air permukaan tidak tertampung, mengalir, dan akhirnya meluap ke berbagai daerah yang sebelumnya merupakan situ atau danau alami tersebut. Pengurukan daerah-daerah rendah dan dijadikan lokasi permukiman baru juga menambah runyam keadaan.

Fenomena penggundulan hutan yang dilakukan secara liar dan membabi buta demi tuntutan perut pun menjadi biang kerok kerusakan ekosistem DAS. Kasus gundulnya (kerusakan) hutan akan mengakibatkan daya infiltrasi tanah menjadi berkurang sehingga surface run off (aliran air permukaan) menjadi besar dan pada gilirannya akan menaikkan debit sungai dengan cepat dan menyebabkan terjadinya bencana banjir. Kondisi daerah hulu (dataran tinggi) yang relatif gundul tersebut jika terguyur oleh tumpahan air hujan, akan mengalami erosi dan terjadi proses pelumpuran (sedimentasi) yang dengan cepat mengalir ke anak-anak sungai di bawahnya. Pada akhirnya air sungai menjadi keruh dan terjadi proses pendangkalan sungai. Contoh paling jelas adalah terjadi proses sedimentasi besar-besaran di beberapa waduk dan danau-danau di Indonesia.

Faktor lain yang ikut memperbesar frekuensi banjir adalah pengaruh urbanisasi dan pembuatan rumah-rumah di kawasan puncak (hulu DAS), yang notabene merupakan daerah penyangga (buffer zone) kawasan di bawahnya. Di samping itu, kawasan puncak juga merupakan daerah tangkapan air hujan (catchment area) bagi daerah di bawahnya. Inti pokoknya adalah berkurangnya lahan terbuka dan digantikan kedudukannya (tergeser) oleh lahan tertutup. Lahan tersebut umumnya tertutup oleh struktur bangunan, seperti jalan raya, tempat parkir, dan pembuatan struktur bangunan yang sebagian besar bersifat menutup daerah-daerah yang sebelumnya terbuka.

Berbagai kondisi di atas, ditambah faktor alami berupa intensitas distribusi curah hujan yang demikian besar (terbesar semenjak 1974) dan merata, akan menyebabkan terjadinya bencana banjir seperti yang melanda Jakarta dan beberapa tempat lainnya. Pertanyaan yang wajar muncul adalah apakah upaya pencegahan atau mitigasi bencana banjir perlu dibenahi sehubungan dengan fenomena ini?

Upaya mitigasi bencana banjir (pengendalian/pencegahan bencana banjir) dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap pengendalian erosi dan tahap pengendalian banjir, yang kesemuanya dilakukan pada kawasan DAS. Dengan demikian, yang perlu dilakukan adalah membenahi ekosistem suatu DAS/sub-DAS yang telah rusak atau bahkan sudah mencapai ambang kritis. Usaha mitigasi ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Hakikat mitigasi bencana banjir adalah menekan sekecil mungkin surface run off dan memperbesar jumlah air yang diinfiltrasi ke dalam tanah. Dengan demikian, jumlah air yang disuplai tidak akan jauh berbeda antara musim hujan dan kemarau. Atau dapat dikatakan fluktuasi ketersediaan air tidak berbeda secara ekstrem antarkedua musim. Hal ini bisa dilakukan dengan kembali menata DAS-sub-DAS yang sudah kritis, bahkan rusak. Tujuan pengelolaan DAS/sub-DAS adalah mendapatkan hasil air yang optimal, baik dipandang dari aspek kuantitas, maupun kualitas. Usaha pengelolaan DAS/sub-DAS ini bisa diusahakan pemerintah dalam wujud penyelamatan hutan, tanah, dan air, yang biasa dikenal dengan program reboisasi dan penghijauan.

gravatar

Waduk Pengendali Banjir (Flood Control Reservoir)

Waduk pengendali banjir adalah bangunan yang berfungsi menahan semua atau sebagian air banjir dalam tampunganya dan mengalirkan sesuai dengan kapasitas sungai. Sistem spillway umumnya dibangun sebagai bagian dari waduk, dimana berfungsi untuk melepaskan bagian banjir yang tidak bisa ditampung. Tampungan puncak banjir dalam waduk akan mengurangi debit dan elevasi muka air banjir dibagian hilir waduk.

Sketsa Waduk Pengendali Banjir

Sketsa Waduk Pengendali Banjir

Tingkat perlindungan banjir dari waduk ini tergantung dari hubungan beberapa faktor yaitu karakteristik puncak banjir, kapasitas tampungan dan operasi bangunan outlet spillway. Waduk yang lebih besar mampu untuk menampung seluruh volume banjir, yang dapat disimpan untuk kegunaan di masa yang akan datang secara terkendali. Waduk yang lebih kecil hanya bisa menampung sebagian volume banjir, tetapi dapat meredam puncak inflow, sehingga terjadi pengurangan outflow melewati spillway.

Dalam beberapa kasus spillway berpintu atau bangunan outlet memungkinkan operator untuk menurunkan muka air waduk sebelum terjadinya banjir, sehingga tersedia kapasitas tampungan tambahan untuk menampung banjir (misalnya: Dam Sutami dan Wonogiri). Peramalan dan pemantauan banjir yang andal adalah perlu untuk mendapatkan keuntungan penuh dari tampungan banjir yang tersedia, baik di bawah atau di atas elevasi muka air waduk pada keadaan untuk beroperasi penuh.

Daftar Isi Basyabook

Follow Me on Twitter

My Skype

My status

Ocehan @basya999

Ngobrol Yuk...

My Google Talk

Artikel Basya World