Tragedi Bunker Merapi 2006 – Efusif bukan berarti aman terkendali
Pasca “njedulnya” pulau baru di kawah Gunung Kelud mengundang banyak tanya dan persepsi yang mesti harus di perhatikan bersama. Memang benar bahwa letusan yang BLARR memang berkurang kemungkinannya. Dan terjadi perubahan kemungkinan tipe letusan daril edakan explosive menjadi tipe pancuran atau lelehan effusive.
Ayo kita belajar dari Merapi. Salah satu tipe letusan effusive itu adalah Gunung Merapi, yang tahun lalu sempat mengeluarkan lava panasnya ke arah selatan. Lelehan lava Gunung Merapi ini sangat berbahaya. Nah seperti apa leleran lava panas ini ?
Lelehan lava Merapi 2006
Pada bulan Mei 2006, Jogja digoyang gempa yang disusul oleh letusan Gunung Merapi yang sebelum gempa sudah ditunggu-tunggu kejadiannya. Lelelah lava ini sebelumnya sudah diperkirakan oleh time BPPTK (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta) dengan empat buah sekenario, seperti yang tergambar dibawah ini.
Empat kemungkinan letusan itu hampir semua ke arah barat, dan satu kemungkinan juga ke arah selatan. Lihat warna-warna pada peta dibawah yang menggambarkan arah penyebaran lelehan lava serta awan panas.
Yang terjadi akhirnya leleran lava panas kearah selatan. Lava ini juga besamaan dengan luncuran awan panas, yang menewaskan dua orang. Keduanya berada didalam bunker yang tidak kuat menahan suhu dari leleran lava ini.
Seberapa besar leleran lava Merapi 2006 ini.
Leleran lava merapi tahun 2007 ini meluncur ke arah selatan setelah dinding yang dikenal dengan nama Geger Boyo Ambrol beberapa hari setelah gempa Jogja. Karena ambrolnya dinding inilah yang menyebabkan aliran lava serta luncuran awan panas kearah selatan. Luncuran lava ini hingga mencapai Kaliadem tempat dimana terdapat bunker persembunyian bila terkjadi luncuranawan panas.
Dibawah ini dua buah foto perbandingan sebelum dan sesudah terjadinya leleran lava wedus gembel.
Gambar pertama diambil di sekitar tempat wisata Kaliadem, didepan bunker . Pemandangan indah di depan bunker ini diambil sebelum terjadinya letusan bulan May tahun 2006. Coba perhatikan ketinggian/kedalaman lubang terowongan buatan ini yang didesign untuk kuat menahan terjangan awan panas.
Ketinggian dari bawah hingga ke atas ini kira-kira 15 meter. Bandingkan dengan foto disebelah kanan, Klick gambarnya untuk memperbesar. Sebagai pembanding lihatlah ketinggian orang yang berdiri diatas bunker ini. Terlihat kira-kira ketebalan lava yang menutup disini sekitar 3-7 meter !.
Dua orang yang tewas didalam bunker ini tentunya tidak mampu menahan panas dari lava.Konon ketika dibongkar tiga hari setelah kejadian suhu tanah/batu dipermukaannya masih diatas 80 bahkan hingga 120 derajat Celcius. Lihat perbedaan warna hijau dari hutan disebalah kanan dan warna kecoklatan karena terbakar awan panas disebelah timur lembah sungai.
Bagaimana dengan lokasi wisata Kaliadem ?
Dibawah dua foto sebelum dan sesudah letusan 2006 itu.
Disebelah ini gambar diambil di sekitar tempat kios-kios di Kaliadem. Bandingkan dengan gambar disebelah kanan sesudah dilalui lava panas ini.
Dari gambar disebelah kanan ini terlihat arah luncuran dari lava Merapi yang meluncur kearah selatan, kemudian menabrak perbukitan sehingga berbelok kearah kiri (barat). Lihat ketebalan lava yang menutup hampir separuh ketinggian rumah-rumah ini. Kalau anda perhatikan di Kaliadem saat ini tentunya dapat membayangkan bahwa sebenarnya kios-kios ini berada pada bukit igir-igir atau punggungan. Jadi lokasi kios ini bukan pada sebuah lembah. Jadi luncuran lava dengan kecepatan dapat mencapai 65 Km/jam iniakan mampu “mendaki” sebuah bukit.
Jadi sekarang mestinya sudah tahu bahwa letusan efusif-pun juga dapat sangat-sangat berbahaya.
Salam WASPADA !
Sumber: Dongeng Geologi
Posting Komentar