gravatar

Makna 28 April (Ulang Tahun Gue)

Tanggal sekarang ini, 28 April 2011 mungkin adalah tanggal yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. 22 tahun yang lalu, Umi gue melahirkan sosok manusia yg secakep ini (dilarang protes). Seperti apa sebenarnya hakikat ulang tahun tersebut? Jelas, setiap tahun berganti, maka tanggal dimana kita dilahirkan akan kita lewati juga. Otomatis usia kita beranjak satu langkah dari sebelumnya. Banyak harapan ketika hal itu terjadi, banyak doa yang teruntai demi mengiringi hari-hari yang bukannya bertambah ringan bagi manusia. Seperti halnya seorang anak bayi, ketika umurnya semakin bertambah, semakin meningkat pula kepandaian dan pengetahuannya dalam bergerak serta berpikir. Dari hanya bergulingan, akhirnya merangkak, berjalan dan berlari. Demikianlah hakikat sebenarnya. Semakin bertambah dalam hitungan angka, semakin bertambah pula kepandaian kita dalam menyikapi kehidupan. Namun jatah hidup di dunia semakin berkurang.

Memperingati hari ulang tahun adalah hal yang biasa dilakukan di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Namun tak sedikit yang tak paham apa hakikat sebenarnya ulang tahun tersebut. Ulang tahun identik dengan ramainya tamu-tamu cilik teman dari anak yang berulang tahun, kue ulang tahun yang dipasang lilin di atasnya plus acara tiup lilinnya, kado dan hadiah-hadiah, ucapan selamat dan berbagai kegiatan yang menghabiskan banyak biaya. Namun ternyata acara ulang tahun ini juga bukan monopoli anak kecil saja, orang dewasa bahkan para lansia pun masih ada yang berminat dengan acara tiup lilin dan lagu selamat ulang tahun ini tanpa tahu hakikat sebenarnya di balik acara-acara mubazir tersebut.

Selain umur yang semakin berkurang, hari ulang tahun adalah hari di mana ibu kita bertaruh nyawa melahirkan kita, yang diawali dengan kontraksi selama berjam-jam bersamaan dengan pembukaan cervix (mulut rahim tempat kepala bayi akan muncul), dan berakhir dengan lahirnya si jabang bayi sambil menangis. Setiap ibu yang pernah melahirkan pasti mempunyai cerita yang berbeda dengan ibu lainnya. Namun mereka akan sampai pada satu kesimpulan yang sama, bahwa melahirkan itu sakit dan sangat melelahkan.

Namun di hari ulang tahun itu, hari ketika sang ibu bertahun-tahun lalu melahirkan anaknya itu, hampir tak seorang pun yang mengingat saat-saat menegangkan dan penuh penderitaan itu. Yang dituntut dan ditagih setiap anak pada orang tuanya adalah kado-kado istimewa dan perayaan ulang tahunnya, hanya karena usianya bertambah satu. Tak terpikir di benak si anak untuk memberikan hadiah pada ibunya meskipun hanya ucapan terima kasih karena ibunya telah berjuang melahirkannya, setelah 9 bulan mengandungnya di dalam perutnya, mempersiapkan segala pernak pernik bayi, kontrol kesehatan setiap sebulan sekali dengan biaya yang tak sedikit, dan banyak pengorbanan lainnya.

Setelah si bayi lahir, ibu masih bertugas menyusuinya kapan saja sang bayi ingin menyusu, bangun tengah malam untuk mengganti popoknya sambil terkantuk-kantuk, plus mengerjakan segudang pekerjaan rumah lainnya.

Bagi seorang ibu, sakitnya melahirkan, dan payahnya masa-masa mengandung hanya akan menjadi kenangan tersendiri yang tak akan diceritakan kepada anak-anaknya sebagai ungkit-ungkitan atas jasa besarnya itu. Bahkan ketika si anak membantah ucapannya dan berani melawan, si ibu biasanya hanya bisa menangis sedih. Namun sebagai anak, kita biasanya suka menghitung dan mengungkit jasa kita terhadap ayah dan ibu. Pernahkah kita sadari bahwa sebagian kita sering mengingat dan menghitung-hitung uang yang kita kirimkan kepada orang tua kita? Dalam sehari, berapa kalikah kita ingat untuk mendoakan mereka, khususnya bila mereka sudah tiada? Dalam seminggu, berapa kalikah kita menelepon mereka (bila kita berada jauh dari mereka)? Dalam sebulan, berapa kalikah kita mengirimkan kelebihan rezeki kita untuk biaya kehidupan mereka yang tentu saja tak sekuat dulu dalam mencari nafkah? Dalam setahun, berapa kalikah kita datang menjenguk dan memperhatikan kebutuhan mereka? Sampai detik ini, sudah berapa kalikah kita mengucapkan terima kasih dengan ucapan yang tulus?

Hari lahir atau yang biasa kita sebut dengan hari ulang tahun ini adalah hari di mana seorang wanita mulia meregang nyawa demi melahirkan kita. Dan wanita mulia itu kita panggil dengan sebutan ibu, bunda, umi, emak, umak, omak, mamak, dan berbagai sebutan lainnya. Di hari lahir kita itu, rasanya tak pantas jika kita masih menuntut wanita mulia itu untuk memenuhi keinginan kita yang seabreg-abreg, yang pastinya jika dituruti tak akan pernah terpuaskan. Di hari lahir kita itu, cobalah untuk merenung dan membayangkan segala perjuangan orang tua kita, sejak kita lahir ke dunia sampai dewasa seperti sekarang ini, lantas berterima kasihlah dan doakanlah mereka “Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku, dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi dan merawatku sejak kecil” Amin.

Setelah gue nulis artikel ini, gue ngerasa kangen banget ama Umi gue, gue ngerasa belom bias bikin bangga apalagi bahagia.. maafkan anakmu ini ya Mi, selalu nakal.. hehe (dikit kan gak papa)

Oya, makasih buat semua temen2 yg ngucapin ke gue, sohib2 gue yang gokil abis ngerjain gue, (sialan lu semua).. sista gue yg ngerjain gue ampe gue dilihat orang banyak #maluBanget.. trus pacar gue si uun, makasih surprise n kuenya,, buat beibhy, makasih banget ya.. J

Daftar Isi Basyabook

Follow Me on Twitter

My Skype

My status

Ocehan @basya999

Ngobrol Yuk...

My Google Talk

Artikel Basya World