Membuat Peta Risiko Bencana
Peta yang mungkin lebih mudah dimengerti adalah peta risiko (risk map) ada juga yang mengatakan hazard map (peta bahaya). Tentusaja masih dalam konteks bahaya bencana alam atau Natural Disaster.
Dibuat sesuai kebutuhan daerahnya.
Pembuatan peta bahaya ini tidak ada yang standart, hal ini disebabkan potensi bencana masing-masing tempat tidak sama. Di Jogja peta bahaya gunungapi lebih diperlukan dibanding Jakarta yang memiliki risiko banjir lebih besar. Dengan demikian tidak mudah bagi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) tidak dapat dengan mudah membuat standart pembuatan peta ini. Skali lagi, kondisi Indonesia ini sangat beragam.
Dibawah ini salah satu diagram serta metode pembuatan peta risiko yang dikerjakan atau dibuat oleh Badan Geologi bekerja sama dengan BGR – Bundesanstalt für Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) di Hannover [Federal Institute for Geosciences and Natural Resources] semacam Badan Geologinya Jerman. Metode ini dipakai untuk membuat peta risiko bencana Jawa Tengah. Ya perlu saya ulangi ini peta yang penting untuk Jawa Tengah yang barangkali tidak akan sama untuk peta bahaya bencana alam di propinsi lain. Namun dengan membaca ini diharapkan kita mengerti seluk dan beluknya pembuatan serta pembacaan peta ini.
Secara grafis metode pembuatan peta ini digambarkan dibawah ini.
Intinya ada tiga tahap pembuatan peta yaitu peta dasar (Baseline data). Walaupun disebut baseline, peta ini juga merupakan hasil kajian dari analisa sebelumnya. Ya memang tidak semua daerah sudah dilengkapi dengan informasi baseline ini. Misal Earthquake Hazard Map. Tentusaja ini memerlukan pemikiran serta analisa awal, seperti misalnya dalam pembuatan peta zonasi gempa.
Peta-peta ini sebaiknya sudah tersedia di daerah masing-masing. Untuk Jawa Tengah, sekali lagi ini contoh untuk Propinsi Jawa Tengah, kebutuhan peta dasar ini meliputi Spasial data (peta administrasi, Peta tata guna lahan, Peta infra struktur), Sosio economic (Demografi, Data ekonomi), Peta bencana masa lalu. Juga diperlukan peta kerentanan terhadap bahaya (Volcanic hazard map, Landslide Hazard Map, dan Eartquake Hazard Map).
Coba perhatikan pada penyediaan peta dasar ini memerlukan Landslide Hazard Map atau peta kerentanan longsoran. Untuk pembuatan peta detil daerah yang landai misal ingin membuat peta kabupaten yang landai, peta ini mungkin tidak diperlukan, justru peta banjir lebih penting.
Pada tahap kedua adalah tahap analisa ancaman kerentanan (Vulnerability Assesment). Disini akan diperlukan analisa dari populasi atau kependudukan (misal kerapatan), dan Potensi ekonomi yang mungkin akan terganggu bila terjadi bencana. Selain itu juga diperlukan tinjauan kapasitas penunjang bila terjadi bencana. Misal jumlah puskesmas, rumah sakit, jalan raya dsb.
Pada tahap berikutnya adalah penjajian peta.
Nah ini merupakan bagaimana menjajikan peta-peta yang siap dipakai dan merupakan hasil dari evaluasi peta-peta sebelumnya. Meliputi Hazard Exposure (kemungkinan terkena bahaya), serta peta-peta tambahan misal Risiko pada populasi (penduduk), Risiko pada infra struktur serta risiko pada kerentanan gangguan potensial ekonomi.
Tidak harus seragam dan standart
Sekali lagi yang dicontohkan diatas merupakan salah satu kebutuhan peta risiko untuk daerah Jawa Tengah. Walaupun metode ini dapat dipakai sebagai acuan awal berpikir, namun kejelian serta pengenalan kondisi kebumian lokal (geologi, geofisika dan geografi lokal) perlu dipertimbangkan lebih utama. Keberagaman Indonesia ini perlu dimengerti supaya pendekatan dan kearifan lokal menjadi hal utama dalam melakukan mitigasi kebencanaan.
Contoh peta-peta yang diperlukan serta hasil peta dalam penyajian peta risiko bencana.
Peta-peta diatas dibuat oleh BGR dan BG dalam kerjasamanya membuat metode pemetaan bencana untuk Provinsi Jawa Tengah.
Sumber: "Dongeng Geologi"
Posting Komentar