Pedosfer, adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer
diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari
litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari
campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara
yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari
tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari
mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.
Lahan adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair,
dan gas. Sama halnya dengan tanah, penggunaan lahan antara orang yang
satu dengan yang lain berlainan kepentingannya.
Faktor-faktor pembentuk tanah :
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah,
antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
Faktorfaktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
o = organisme
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah
adalah suhu dan curah hujan. Dalam hal ini, suhu akan berpengaruh
terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses
pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat
pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi
asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Peranan organisme dalam proses pemebentukan tanah sangat besar,
akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur
tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam
tanah. Disamping itu unsur nitrogen dalam tanah dapat diikat oleh
mikroorganisme, baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,
kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topogarafi
Faktor topografi yang mempengaruhi proses pembentukan tanah di Indonesia
yaitu bentuk lahan dan kemiringan lereng. Faktor topografi berpengaruh
terhadap proses pemebentukan tanah dengan cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan
dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk
seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan,
maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah
dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak
pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak
struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol
dan litosol. Tanah dewasa ditandai dengan proses pembentukan horizon B.
Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua
149 ditandai dengan proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B.
Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol
tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan
induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu
100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk
membentuk tanah dewasa.
Komponen-komponen pembentukan tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh
karena itu susunan mineral didalam tanah berbeda-beda sesuai dengan
mineral batu-batuan yang lapuk. Mineral tanah dibedakan menjadi mineral
primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal
dari batuan yang lapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral
bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan berlangsung.
Mineral primer pada umumnya erdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu,
sedangkan mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat.
Beberapa jenis mineral primer dan unsur hara
Mineral Unsur Hara
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca
Mika :
c. Muskovit K
d. Biovit K, Mg, Fe
Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe, Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P
2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat
tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan oraganik terhadap sifat-sifat
tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuha tanaman adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
e. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan
organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan oraganik halus yang
berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru
yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan
mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten
(tidak mudah hancur) , berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya
menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah
lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan
bahan oraganik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah rawa-rawa pasang surut, sering
dijumpai tanah –tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20%
(untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya
lebih dari 40cm, maka tanah tersebut disebut tanah organik (tanah
gambut).
3. Air
Guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman, tanaman memrlukan air dari tanah dan CO2
dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses
fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel tanaman, air merupakan bagian dari protopasma.
Persediaan air didalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau
air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotransporasi
(penguapan langsupenguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adesi,
kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air
didalam tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga
tidak dapat digunakan tanaman (adesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik
antara butir-butir air) dan daya adesi (anatara air dan tanah) lebih
kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak kesamping atau keatas
karena gaya-gaya kapilernya, sebagian besar dari air kapiler merupakan
air yang tersedia (dapat diserap oleh tanaman).
4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi. Tanah-tanah yang lembab mempunyai udara dengan kelembaban nisbi mendekati 100%.
• Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada atmosfer (udara tanah 10-12% O2,
atmosfer 20% O2). Hal tersebut mungkin disebabkan karena kegiatan
dekomposisi bahan organik atau pernapasan oragnisme hidup dalam tanah
dan akar-akar tanaman yang mengambil O2 dan melepaskan CO2.
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin
gelap. Pada lapisan tanah bagian bawah kandungan bahan organik pada
umumnya rendah sehingga warna tanah dipengaruhi oleh banyaknya senyawa
Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya buruk atau daerah yang selalu
tergenang air sebagian besar tanahnya berwarna abu-abu. Sebaliknya
didaerah yang sistem pengairannya teratur maka dijumpai warna tanah
merah atau cokelat kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh persenyawaan besi dalam tanah,
kandungan bahan organik, persenyawaan kuarsa, persenyawaan unsur mangan.
Profil Tanah
profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan
horizon. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari
atas kebawah adalah horizon O, A, B, dan C.sedangkan horizon yang
menyusun solum tanah adalah hanya horizon A dan B.
• Horizon O
Horizon O ditemukan terutama pada tanah-tanha hutan yang belum
terganggu, merupakan horizon organik yang terbentuk diatas lapisan tanah
mineral.
• Horizon A
Horizon ini ditemukan dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
mineral. Merupakan horizon aluviasi yaitu horizon yang mengalami
pencucian.
A1 : bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih menyerupai A.
• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-kadang bahan organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih menyerupai B.
• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.
• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.
PH Tanah
Ph tanah adalah derajat keasaman tanah. Tanah masam jumlah unsur H-
lebih tinggi. Tanah basa (alkali) kandungan ion OH+ lebih tinggi
daripada ion H+. Tanah netral kandungan ion H- sama dengan ion OH- atau
tanah yang mempunyai Ph = 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap. Pada PH
tanah masam unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al
(aluminium). Pada PH tanah basa (alkali) unsur hara tidak dapat diserap
tanaman karena diikat oleh Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam dapat dinaikan PH nya dengan menambahkan
kapur. Sedangkan tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkan
PH-nya dengan menambahkan belerang.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat
melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki
bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah.
Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga
tekstur tanah. Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.
Di lapangan, tekstur tanah secara sederhana dapat ditentukan dengan
memilin tanah yang dibasahi dengan menggunakan jari-jari tangan (kasar
halusnya tanah).
Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah dibagi menjadi sepuluh macam yaitu;
1. Oxisol, berasal dari bahasa Prancis yang berarti oxide atau oksida.
Tanah ini telah mengalami pelapukan yang hebat, terdiri atas campuran
besi dan aluminium, sedikit bahan organik. Warnanya dari kuning ke merah
coklat sampai coklat kemerahan. Jenis tanah ini meliputi tanah
lateritik, latosol, dan laterit air tanah. (Menurut klasifikasi tanah
tahun 1949).
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat
hebat, yang ditandai pula dengan pengaruh luar, pencucian (leached).
Warnanya merah sampai kuning. Lateritik coklat kemerahan, setengah bog
(gambut), glei humus rendah.
3. Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region
bervegetasi sabana atau steppa, di daerah iklim tropika dan subtropika
yang memiliki musim kering dan basah yang berganti-ganti dengan nyata.
4. Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi
tanah ini masih baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun
yang termasuk jenis tanah ini adalah tanah alluvial, regosol gunung,
regosol pantai, dan lithosol.
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan
penampangnya. Namun, sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi
dalam hampir semua region iklim.
6. Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai
solum yang sangat asam, kemampuan menahan air rendah, dan kurang subur.
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang
dari 7,0. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut,
chernozem, brunizem (prairies), rendzina, dan sebagainya.
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya
dengan alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu-abu,
horizonnya mengandung lapisan-lapisan tanah liat (clay). Adapun yang
termasuk tanah ini adalah grey-brown podzolic dan wooded, beberapa
planosol dan noncalcic-brown.
9. Aridisol, yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan
organiknya rendah, warnanya kemerah-merahan, terbentuk di daerah gurun
atau semi-gurun. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah reddish
dessert, sierozem, dan raddish brown.
10.Histosol, mencakup semua tanah organik, seperti tanah organosol dan gambut (bog).
Jenis-jenis Tanah di Indonesia
a. Tanah gambut atau tanah organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa
atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak
terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5
meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak
berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih
dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah
tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur
hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai
ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput
rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh
penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian
Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara
rawarawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–6 meter, bersifat agak asam, kandungan
unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening
(Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan
(Cilacap, Jawa Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal
dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum).
Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari
bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan
sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng
vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan
induknya merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman
tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan
batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
berpasir dan tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim,
umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon,
kedalamannya dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal,
konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning.
Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari
300–1000 cm. Batuan induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur
lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal
hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan
plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya
bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi,
permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur,
mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di
daerah iklim subhumid atau subarid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun.
g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung
hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam
(pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah
hingga kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari
batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah
beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon
terdiri atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur
lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan
pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas
pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk
berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung,
dan tuf vulkan masam. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah
hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan.
Contohnya, di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya
(Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak
tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan
bersifat licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan
daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik.
j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna
coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila
basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi
sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur
keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah
beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi karst dan lereng
vulkan, ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning
di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal,
yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan,
tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif,
konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik.
Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu
pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah
selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid,
curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun)
dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang
dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan
bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari
muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya
terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada
permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang
tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak
tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol,
samara-samara pada tanah aluvial dan grumosol.